Haruskah Aku Menikah?

430 17 0
                                    

Netra Hamid terbelalak saat membuka pintu kamar Galih dan melihatnya sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Tidak ada luka atau apapun yang mencurigakan hingga membuatnya pingsan.

"Ya Allah, Galih. Galih, kamu kenapa, Nak?" ucap Nyonya Amira beristighfar melihat anaknya pingsan sesaat setelah Hamid berteriak memanggilnya dan Raline.

"Mas, kita bawa ke rumah sakit aja gimana?" tanya Raline dengan wajah panik.

"Kenapa Raline panik itu ya? Apa dia ...." gumam Hamid dalam hatinya.

"Mas!" teriak Raline menyadarkan Hamid dari lamunannya.

"Iya, kita bawa aja. Kalian langsung ke mobil ya. Biar aku langsung bawa Galih."

Hamid pun langsung menggotong tubuh Galih dan memasukkannya ke dalam mobil. Ia pun langsung tancap Gas menuju rumah sakit terdekat.

Di dalam perjalanan, Raline pun terus menenangkan Nyonya Amira agar lebih banyak berdoa. Isak tangisnya membuat Austin pun ketakutan hingga membuat Raline kebingungan.

Beberapa saat berlalu, mobil yang dikendarai Hamid akhirnya sampai di pelataran rumah sakit. Hamid pun bergegas menggotong tubuh Galih ke dalam ruang UGD. Kemudian seorang perawat memintanya keluar agar bisa menangani pasien.

"Silakan Bapak tunggu di luar ya. Biar kami bisa tangani pasien," ucapnya yang meminta Hamid keluar. Hamid pun keluar sesaat setelah pintu ditutup.

Hamid pun menemani Raline dan Nyonya Amira di ruang tunggu. Berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Galih.

"Sayang, aku harus pergi dulu. Setelah urusanku selesai, aku langsung balik ke sini lagi ya. Nggak enak, udah ditunggu klien," ucap Hamid berpamitan.

"Iya, Sayang. Kamu pergi saja ya. Sementara aku temani Ibu di sini nggak masalah kan? Kasihan kalau Ibu sendiri di sini," jawab Raline.

"Nggak masalah. Nanti aku kabari kamu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku segera ya," pamit Hamid yang kemudian mencium kening Raline dan beranjak pergi.

............

Tidak jauh dari Raline dan Bu Amira duduk menunggu dokter keluar memberitahu keadaan Galih, di sudut yang lain, seorang pria tampan dengan setelan jas rapih dan tampak berwibawa sedang berbicara dengan seorang pria yang dimintanya untuk mendatangi Raline dan Nyonya Amira.

"Maaf menganggu, apa kalian keluarganya Galih? Kamu istrinya Galih bukan?" tegur seorang pria yang datang dengan setelan jas lengkap bak bos yang hendak meeting. Sangat rapih dan terlihat elegan.

"Maaf, lebih tepatnya mantan istri," sahut Raline tersenyum.

"Oh, maaf."

"Saya Ibunya. Ada apa ya?" celetuk Nyonya Amira yang bingung.

"Begini, Bu ...."

Pria itu mulai bercerita dan menjelaskan tujuannya mencari Galih. Karena ia dan Galih mempunyai kedekatan khusus di masa lalu.

"Lalu,apa maksud kedatangan kamu ke sini?" ujar Nyonya Amira ketus.

"Saya ingin mengembalikan uang yang pernah saya pinjam dulu. Saya turut prihatin mendengar keadaan Galih. Semoga ini dapat membantu. Kalau begitu, saya pamit dulu. Assalamualaikum," ucap pria itu yang kemudian melangkah pergi.

"Tunggu!"

"Darimana kamu tahu, kami ada di sini?" cegah Raline yang curiga ada yang disembunyikan pria misterius itu.

"Maaf, saya buru-buru. Permisi," sahut pria itu melangkah cepat.

"Aneh," batin Raline.

.............

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang