Akhir Bahagia

1.1K 31 0
                                    

Marissa syok saat mendapati kenyataan ini. Hamid, anak yang selama ini ia benci, ternyata adalah darah dagingnya bersama Raymon dulu.

"Kenapa bisa terjadi seperti ini?" batin Marissa.

Namun, Hamid sulit menerima Marissa kembali. Jauh di lubuk hatinya, ia sangat tersakiti dengan sikap Maminya itu. Terlebih saat ia ditekan untuk meninggalkan Raline di saat berbagai ujian menerpanya.

"Hamid, maafkan Mami. Mami tahu, Mami sudah banyak melakukan kesalahan sama kamu. Tapi, Mami mohon, Nak. Maafkan Mami ...." pinta Marissa memelas.

Hamid tidak bergeming. Matanya hanya menunduk tanpa mau menatap wajah Marissa. Arman pun mencoba mendekati putra kebanggaannya itu dan membujuknya agar mau memaafkan Marissa.

"Hamid, Papi tahu kamu anak yang baik. Papi tidak memaksa kamu memaafkan dia, tapi ingatlah, Nak. Surga-Mu ada pada-Nya ...." pesan Arman.

Bagaimanapun Hamid dan Marissa mempunyai ikatan darah yang tidak bisa diputuskan begitu saja. Apapun permasalahan yang terjadi antara dia dan Marissa, Arman coba tepis itu semua.

"Tapi, Pi. Dia membuangku. Apa salahku?" pekik Hamid terisak.

"Mamimu saat itu enggak punya pilihan, Hamid.Kalau saja dia bisa memilih, dia tidak mungkin melepaskanmu. Dia hanya ingin kamu hidup bahagia,. lahir dan batin!" tegas Arman.

Marissa tidak dapat lagi berkata-kata. Ia hanya pasrah. Marissa hanya menginginkan kata maaf dari putranya itu.

"Mas, aku mohon. Maafkan Mami. Mas selalu bilang kan sama aku, Allah saja maha pemaaf, kenapa kita tidak bisa memaafkan?" timpal Lexy.

"Aku mohon, Mas. Maafkan  Mami ...." rintih Lexy. Ia pun bersimpuh di hadapan sang kakak agar mau memberikan maaf untuk Maminya.

Hamid termenung. Bulir bening itu tidak bisa lagi ditahannya. Matanya terlihat memerah. Ia pun mengenggam tangan Raline. Seolah meminta saran, Raline pun memahami genggaman tangan suaminya.

"Aku yakin, Mas. Jauh di lubuk hatimu, kamu sangat menyayangi Mami. Aku tahu, kamu selama ini merindukan Mami kan, Mas?" ujar Raline yang tangannya terus menggenggam sang suami.

Hamid menghela napas panjang. Ia pun mendekati Marissa dan seketika memeluk ibu kandungnya itu dengan erat. Tangis Hamid dan juga Marissa akhirnya pecah.

Hamid pun berusaha mengikhlaskan semuanya. Ia sadar, sebesar apapun kesalahan Marissa, dia tetap ibu kandungnya.

"Maafkan aku, Mi. Aku tadi bersikap kasar sama Mami," rintih Hamid. Marissa pun mengusap rambut anak sulungnya itu.

"Kamu enggak salah, Nak. Mami yang salah. Maafkan Mami ya. Mami janji, tidak akan meninggalkan kamu lagi. Mami merestui pernikahan kalian," ucap Marissa.

Marissa pun berdiri dan mendekati Raline. Ia memeluk menantunya itu setelah sekian lama membencinya. Terlebih saat Raline divonis buta. Marissa benar-benar menekannya.

"Maafkan Mami ya, Raline. Mami. janji, mulai saat ini akan selalu menyayangi kalian berdua ...." ucap Marissa memeluk kedua anaknya itu.

-------

Andre kini berada di sebuah persimpangan. Semua bukti-bukti yang ia kumpulkan sudah cukup untuk menyeret Nyonya Amira dan Dion ke dalam hotel prodeo.

"Andre, pikirkan lagi semuanya. Bu Amira, bagaimanapun itu istri kedua Papamu. Sedang Dion, dia kakakmu. Ada ikatan darah yang tidak bisa dihilangkan di antara kalian," pesan Mamanya malam itu saat Andre meminta ijin untuk menyelesaikan semua permasalahan ini.

"Tapi, Ma. Kalau Andre tidak melakukan ini, mereka nggak akan sadar. Mungkin dengan begini, mereka bisa sadar dan berhenti melakukan semuanya," sahut Andre.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang