Hidup Baru Sisil dan Raline

386 15 0
                                    

Sisil memulai hidupnya yang baru di Amerika. Berkumpul dengan keluarganya membuat ia sedikit melupakan rasa sakitnya. Luka hatinya yang ia pendam sendiri. Namun, ternyata itu tak semudah yang ia pikirkan.

Bayangan tentang Hamid. Tentang persahabatannya dengan Raline, membuat ia merindukan semua itu. Terlebih, ia belum punya kesibukan yang berarti.

Seorang kawan lama Sisil saat kuliah di LA pun datang ke rumahnya saat tahu jika Sisil sudah kembali ke New York.  Demi bertemu sahabat lamanya, ia rela menempuh perjalanan jauh hingga akhirnya sampai di depan rumah Sisil.

Sisil yang tidak mengetahui kedatangan Zayn malam itu dibuat terkejut saat ia membuka pintu dan melihat pria tampan yang dulu sempat menaruh hati padanya itu kini sudah berdiri tegak di hadapannya.

"Zayn?"

"Zayn, is it really you?"

"Yes, it's me.Your most handsome friend."

Keduanya pun tertawa. Raline pun mengajak sahabat bulenya itu masuk.

"Gimana, kabar kamu, Sil?" tanya Zayn, membuat Raline terkejut.

"Kamu udah pandai bahasa Indonesia, Zayn?" tanya Sisil.

"Iya. Siapa tahu, nanti aku dapat istri orang Indonesia," celetuk Zayn membuat Sisil tertawa.

"Lu ya. Masih aja suka ngegoda gue," sahut Sisil. Ia pun tertawa.

Sasa pun membawakan secangkir teh dan beberapa cemilan khas Indonesia yang sengaja dibuatnya. Sisil dan Zayn pun akhirnya kembali mengobrol dan melepas kerinduannya.

"Sil, kenapa kamu kembali ke sini? Aku dengar, di Indonesia kamu sudah sukses dan mempunyai perusahaan?" tanya Zayn.

"Iya. Tapi, aku serahkan sama dua sahabat aku di sana, Zayn. Dia yang akan melanjutkan perusahaan yang sedang kami rintis. Aku ingin dekat dengan Mami. Kasihan adikku harus mengurus Mami, kuliah, kerja lagi. Kamu tahu kan, biaya hidup di sini berbeda dengan biaya hidup di Indonesia," ujar Sisil tersenyum. Menutupi luka batinnya.

"Oh gitu. Terus, kegiatan kamu sekarang di sini apa?" tanya Zayn.

"Nggak ada. Mungkin next aku akan cari kerja. Ya, mungkin waitress atau ...."

Belum juga usai Sisil bicara, Zayn pun langsung duduk di sampingnya dan mengajaknya bicara dengan saling tatap.

"Kebetulan aku ada rencana mau membuat kantor cabang di New York ini. Gimana kalau kamu yang mengurusnya? Ya, kamu berkompeten di sini. Kamu juga kan sudah punya perusahaan. Aku yakinlah, kamu bisa mengurusnya dengan baik," ucap Zayn. Zayn pun berharap Sisil mau menerima tawarannya.

"Please, Sil. Aku butuh orang yang bisa kuandalkan dan kupercaya seperti kamu please ...."

Beberapa saat, Sisil pun terdiam. Ia mulai berpikir tentang tawaran Zayn. Ia memang sedang membutuhkan pekerjaan. Tetapi, apakah ia mampu? Perusahaan Zayn itu berskala besar. Apalagi dia masih kesulitan dengan bahasa Inggrisnya yang tidaj selancar Sasa.

"Tapi , gimana, Zayn? Bahasa Inggrisku nggak lancar. Takutnya malu-maluin, Gimana?" dalih Sisil.

"Soal itu? Gampang. Nanti aku siapkan gurunya. Kebetulan dia orang Indonesia. Dia pintar beberapa bahasa, jadi sering kuminta untuk menjadi translator kalau klienku gak bisa bahasa Inggris. Gimana?"

"Masalahnya udah beres kan? Deal ya?" ujar Zayn yang langsung memberikan tangannya. Akhirnya, Sisil pun menyetujuinya. Ia tidak punya alasan lagi menolak ajakan sang sahabat.

"Lu ya, sukanya maksa."

Zayn hanya tersenyum .

............

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang