Di mana Raline?

384 22 1
                                    

Raline dalam kegamangan. Sejak kedatangan wanita muda itu ke rumahnya, Raline mulai ragu. Bukan ragu pada Hamid. Tetapi, ia ragu pada dirinya sendiri. Raline merasa trauma akan perselingkuhan itu membayangi kehidupan rumah tangganya dengan Hamid.

"Ya Rabb, bantu aku. Yakinkan hatiku, jika Hamid berbeda dengan Galih. Jika Hamid, pria yang akan menjadi jodoh terbaik dari-Mu."

Raline terpaku hingga tidak menyadari ada seseorang yang datang dan berniat jahat padanya. Dari arah belakang, tiba-tiba ada seseorang memakai jubah hitam memukulnya hingga jatuh pingsan.

Orang itupun langsung membawa Raline menggunakan ranjang rumah sakit ke sebuah lorong yang menuju pintu keluar. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 23.55. Sudah sangat sepi dan itu memudahkannya membawa Raline dengan aman.

"Pak, pesan kopi 2 ya."

Hamid berada di sebuah warung kopi yang tidak jauh dari rumah sakit. Setelah mendapatkan kopinya, ia pun kembali menuju rumah sakit. Saat berada di depan pintu masuk, Hamid pun berpapasan dengan mobil yang membawa Raline.

Ketika tiba di dalam kamar perawatan Austin, Hamid pun bingung karena Raline meninggalkan Austin yang sedang tertidur sendirian.

"Loh, ke mana, Raline?".pikir Hamid.

"Ponselnya ada. Terus, ke mana Raline?Nggak mungkin dia keluar meninggalkan Raline sendirian. Apa ...."

Hamid pun bergegas mencari satpam untuk membantunya menemukan keberadaan Raline. Hamid yakin jika terjadi sesuatu yang buruk. Apalagi saat ia dan satpam juga seorang perawat wanita mengecek Raline di toilet, tidak ada keberadaannya.

"Ke mana kamu, Raline?" gumam Hamid.

Hamid dan satpam pun berpencar mencari keberadaan Raline yang tengah malam itu menghilang. Setelah tidak menemukan Raline, ia pun mencoba mengirimkan pesan pada Sisil.

[Sil, besok pagi aku minta kamu datang ke rumah sakit ya. Tolong bantu aku jaga Austin. Raline menghilang. Aku sama pihak rumah sudah mencari, tapi belum ketemu. Besok, aku tunggu ya. Biar aku bisa cari keberadaan Raline.]

Malam itu Hamid tidak bisa berbuat banyak. Hamid tidak bisa meninggalkan Austin sendirian, hanya ditemani suster. Malam itu, Hamid benar-benar menjalankan tugasnya sebagai Ayah sambung yang baik.

.................

Raline kini sudah berada di sebuah ruangan kosong. Dalam keadaan pingsan kedua tangannya diikat. Pintu kamar pun dikunci oleh si penculik agar tidak bisa melarikan diri.

Penculik bertopeng itupun akhirnya mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang malam itu.

[Bos, semua aman. Sekarang saya udah mengunci dia di rumah kosong belakang gudang kita.]

[Bagus. Sekarang kamu jaga dia dan pastikan dia tidak akan lari sampai saya datang. Ingat, jika dia kabur, nyawa kamu jadi taruhannya.]

Karena takut dengan ancaman bosnya, si penculik itupun memastikan jika Raline akan aman dalam penjagaannya.

[Baik, Bos. Semua aman.]

Dua jam berlalu

Raline akhirnya tersadar. Ia berada di dalam sebuah kamar kosong yang lusuh. Sepertinya sudah lama tidak ditinggali. Raline pun bingung, siapa yang sudah membawanya ke sini. Apa yang terjadi sebenarnya?

"Tolong, Hallo. Siapapun di sana, tolong bebaskan saya!" teriak Raline sambil menggedor pintu dengan kencang.

"Tolong, tolong ...."

"Ah, sialan. Berisik banget sih! Kalau gue nggak butuh uang 500 juta itu, nggak mau gue kerja begini lagi," gumam si penculik yang mulai kesal dengan teriakan Raline di dalam kamar.

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang