Raline mulai merasa tidak nyaman. Sikap Nyonya Marissa yang bersikap ketus sejak kepergian Lexy membuat keadaan menjadi tidak nyaman. Namun, Raline berusaha menyembunyikan kegelisahannya dari Hamid.
Malam itu, tanpa sengaja saat Hamid sudah tertidur, ia mendengar perdebatan antara Papi dan Mami mertuanya.
"Marissa, tunggu. Kamu nggak bisa bersikap kayak anak kecil begini. Masa hanya karena Lexy ku kirim ke Singapura, kamu menuduhku membuangnya?" cecar Tuan Amran.
"Iya, terus saja kamu membela anak pungut kesayanganmu itu," hardik Marissa.
"Marissa, tunggu!"
"Bisa nggak kamu bersikap bijak? Eh, dengar! Lexy ku kirim ke Singapura biar dia berpikir dewasa dan siap bertanggungjawab sama dirinya sendiri," ucap Arman tegas.
"Gimana aku mau mempercayakan perusahaan di sini, kalau sama dirinya sendiri, dia nggak bisa bertanggungjawab? Gimana memimpin perusahaan kita yang memiliki ribuan karyawan? Jawab Marissa!" bentak Arman. Marissa hanya diam tertunduk malu.
Marissa memilih kembali naik ke lantai 2 rumahnya. Bukannya masuk kembali ke kamarnya, ia malah masuk ke kamar Lexy dengan membanting pintu dan mengunci pintu kamarnya.
"Marissa, buka pintunya," panggil Arman dengan mengetuk pintu dengan keras.
"Marissa, aku belum selesai bicara!" pekik Arman. Namun, Marissa tetap bergeming. Ia tidak perduli gimana Arman berusaha membujuknya.
"Oh, apa sih maunya?" gerutu Arman. Arman pun akhirnya memilih kembali ke kamarnya dan membiarkan istrinya itu menenangkan diri dulu.
..........
Raline akhirnya menyimpan rahasia pertengkaran itu. Dia tidak ingin memberitahu Hamid agar tidak semakin memperuncing masalah di antara mereka.Suatu malam, Raline mencoba bicara dengan sangat hati-hati agar suaminya itu mau mengikuti keinginannya tanpa ia harus memberitahu permasalahan kedua orang tuanya.
"Mas, gimana kalau kita pindah ke rumah yang kamu beli itu, Mas?" tanya Raline hati-hati.
"Kenapa, Sayang? Kamu nggak betah ya di sini? Atau ....
"Nggak, Mas. Maksudku ya biar kita bisa hidup mandiri aja. Aku hanya khawatir Mami dan Papi kamu merasa nggak nyaman. Lagian kita kan udah ada rumah sendiri, ya maksudku sayang aja kalau nggak ditempatin," dalih Raline.
Sesaat Hamid terdiam. Ia mulai berpikir tentang keinginan Raline yang pindah ke rumah yang ia beli sendiri.
"Raline benar. Nggak baik kalau terlalu lama di sini. Lagi pula sayang kan nggak ditempatin, nanti malah rusak," pikir Hamid.
"Ya sudah. Kalau gitu, kita siap-siap dulu ya. Besok aku akan bicara sama Mami dan Papi saat sarapan," ujar Hamid. Raline pun tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah."
Raline dan Hamid memutuskan berisi malam itu setelah menuntaskan pembicaraannya.
.........
Raline pun sudah menyiapkan sarapan seperti biasa dibantu asisten rumah tangga. Hamid bersama kedua orang tuanya pun sudah berjalan menuju ruang makan.Dengan sikap seperti biasanya, Marissa bersikap sinis. Tapi, Raline tetap berusaha baik. Pikirnya, sebentar lagi juga dia akan keluar dari rumah sang mertua.
"Mi, Pi, aku mau bicara boleh?" ucap Hamid hati-hati. Ia tidak ingin kedua orang tuanya itu tersinggung.
"Ada apa sih? Kok kayaknya serius banget," sahut sang Papi. Marissa menatap Raline tajam. Sedangkan Raline menunduk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUN KLONINGAN SUAMIKU
RomanceNOTE : SEASON 1 SUDAH TAYANG DAN TAMAT DI KBM APPS DAN JOYLADA TGL TERBIT : 24 JULI 2021 JUDUL 1 : AKUN FAKE JUDUL 2 : KUBONGKAR PERSELINGKUHAN SUAMIKU JUDUL SEKARANG: AKUN KLONINGAN SUAMIKU Sebelum membaca, jangan lupa follow,subscribe dan rate 5 n...