Balas Dendam

1.2K 42 2
                                    

Andre akhirnya berhasil kabur dari rumah Dion yang baru. Ia tidak menyangka, sang kakak menyimpan banyak dendam. Bersama Nyonya Amira. Tidakkah ada rasa iba pada wanita yang telah melahirkannya?

Andre pun memutuskan pergi menuju rumah sakit. Penjagaan sang Mama pun harus ia perketat. Dengan sangat terpaksa, Nyonya Amanda yang sedang koma pun terpaksa dipindahkan ke sebuah rumah sakit. Tempat yang ia sembunyikan dari siapapun.

Andre pun mematikan semua akses komunikasi. Hanya seorang asisten kepercayaannya yang bisa menghubunginya. Andre percaya, ia bisa diandalkan.

Karena rasa trauma, Andre pun meminta beberapa orang suruhannya untuk mengawasi gerak-gerik Luthfi, sang asisten yang kini menetap di sebuah rumah Andre yang lainnya.

Dion pun mencoba menghubungi sang adik. Ia tetap berpura-pura baik dan menagih janji sang adik untuk memberikan perusahaan  juga beberapa asetnya untuk berganti nama.

[Andre, di mana kamu? Aku tunggu janji kamu! Jangan menjadi seorang pecundang.]

[Andre, di mana kamu?]

[Gimana Mama? Apa udah sehat?]

[Andre, jawab aku!]

Berpuluh pesan dan panggilan Dion tidak mendapatkan jawaban apapun. Andre menghilang. Dion pun mulai cemas memikirkan nasib Mamanya. Juga janji Andre padanya sebelum kedatangannya terakhir kali ke apartemen.

"Di mana sih dia sebenarnya?" batin Dion menggerutu.

Dion dan Nyonya Amira kembali membicarakan semua rencananya. Di rumah baru Dion, keduanya mulai menyusun rencana baru.

"Apa mungkin, waktu itu Andre yang datang dan mendengarkan semua pembicaraan kita?" ucap Nyonya Amira pada anak tirinya itu.Dion hanya menggeleng.

"Bisa berantakan semua rencana kita, Dion. Gimana saya bisa membalas semua dendam saya pada Hamid?" gerutu Nyonya Amira.

***


Sudah cukup lama Sisil terbaring koma di atas ranjang rumah sakit. Zayn tetap setia menemani. Ia tetap terus berjuang menunggu Sisil sembuh dan menikahinya.

Suatu malam, adik Sisil -- Sasa, akhirnya berinisiatif untuk memberitahu keadaan sang kakak pada sahabat baiknya, Raline dan Hamid. Menggunakan ponsel milik Sisil, Sasa mencoba menghubungi Raline.

Dering telepon Raline terdengar saat Raline dan Hamid sedang bercengkrama di balkon rumahnya bersama si kecil Austin.

"Mas, aku ambil telepon dulu ya," ucap Raline yang bergegas ke kamarnya.

Raline pun terkejut ketika melihat layar benda pipih itu tertera nama Sisil. Raline langsung berlari menghampiri Hamid yang masih di atas balkon bersama Austin.

Raline pun mengangkat teleponnya. Menggunakan loud speaker agar Hamid juga ikut mendengarkan pembicaraannya dengan Sisil.

[Hallo, Sil, kamu ke mana aja?]

Raline pun terkejut ketika yang menghubunginya ternyata bukan Sisil,tetapi Sasa -- adik sahabatnya yang membawa kabar duka.

[Apa, Sisil koma?]

Raline dan Hamid beradu pandang. Wajahnya syok ketika mendengar kabar Sisil yang sedang koma.

[Kenapa kamu baru kasih tahu sekarang, Sa?]

[Maaf ya Kak, Sasa juga bingung. Tiba-tiba Kak Sisil kecelakaan dan koma. Padahal saat berangkat, dia baik-baik aja.]

[Apa Kakak bisa datang ke sini menjenguk Kak Sisil? Ya mungkin aja, kalau Kak Sisil merasakan kehadiran kalian, bisa membuatnya semangat untuk sembuh.]

AKUN KLONINGAN SUAMIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang