#Part10[marahnya Kelvin pada Kinan]Kinan menelfon Kelvin hanya menanyakan hal yang tidak penting, maka dengan cepat Kelvin mematikan sambungan telfonnya.
**
Keesokan harinya, seperti biasa Zia selalu berangkat sekolah dengan diantar oleh Daffa.
"Dek, turun!" perintah Daffa.
"Bentar lagi, Bang," ujar Zia masih belum beranjak.
"Ini kalau bentar lagi gue bisa telat ke kantor, Dazia," kesal Daffa pada Zia. Seakan tuli, Zia masih setia duduk sambil mendengarkan musik kesukaannya. Lima menit berlalu, Zia yang melihat abangnya sudah sangat kesal ia pun memilih pergi sambil terkekeh kecil.
"Dasar adek lucn*t," gumam Daffa kecil.
**
Di kantor, Kelvin menandatangani banyak dokumen penting. Kinan yang melihat Kelvin yang kelelahan ia berniat membantu untuk menarik perhatiannya.
"Sini Tuan, biar saya bantu," ujar Kinan tersenyum. Kelvin tak mengiyakan, tetapi Kinan langsung membantunya. Sesekali ia melirik Kelvin sambil tersenyum. Kelvin merasa tidak nyaman saat ia melihat kepakaian Kinan yang kurang bahan itu.
Saat Kelvin hendak pergi Kinan dengan sigap membalikkan badannya dan dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya keatas tubuh Kelvin.
Bugh!!
Mata Kelvin terbelalak. Lain dengan Kinan, ia tersenyum bahagia. Dengan cepat Kelvin mendorong tubuh Kinan dengan kasar sehingga ia jatuh diatas lantai.
"Apa yang kamu lakukan, KINAN!!" Teriak Kelvin penuh amarah.
"Ma--maaf, Pak. Sa--saya tidak sengaja," ujar Kinan sangat takut.
"Aaag!! Keluar kamu dari sini!" perintah Kelvin dangan muka sudah merah. Dengan cepat Kinan bangkit dan keluar dengan tergesa-gesa.
**
Sore itu, Zia termenung didalam kamarnya. Ia memikirkan kemana orangtuanya.Ceklek!
"Zia! Ngapain dek?" tanya Daffa pada Zia.
"Eeh, abang ngagetin aja," ujar Zia sambil tersenyum.
"Lagi lamunin apa sih dek?" tanya Daffa pada Zia.
"Bang Mama sama Papa kita kemana. Kenapa Om malang punya mama papa, sedangkan kita ngak punya," ujar Zia sedih.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teen Fiction"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...