#Part4[pel*kan Om]Sontak semua karyawan disitu mengalihkan pandangannya dari Zia. Karena keributan yang dibuat oleh Zia, Kinan pun datang keruangan itu.
"Hey! Apa yang kalian lakukan! Cepat kerja sekarang!" perintah Kinan tegas. Semua karyawan mengangguk patuh. Mata Kinan menatap Zia tak hentinya.
"Lo bocil dari mana?" tanya Kinan kasar.
"Z--zia mau ketemu sama om pemilik perusahaan ini," ujar Zia sedikit takut.
'Om? Keponakannya kah?' batin Kinan bertanya.
"Ohh, mau cari Om. Gak ada disini Om mu!" bentak Kinan.
"Ta--tap...,"
"Keluar sana!" usir Kinan yang membuat Zia berlari kedalam lagi. Tanpa mereka sadari, Kelvin sedang berjalan menuju ruang dimana Zia sedang main kejar-kejaran sama Kinan. Tiba-tiba...
"Aaaa,"
Brukk!!
Brukk!!
Cup!! Merasa ada yang aneh pada bibir Zia, ia pun membuka matanya.
"Aaaa, Omm!" teriak Zia.
'Anj*ng, ngapain dia pelukan sama Kelvin. Mana sampe ci*man lagi,' batin Kinan marah.
"Hey! Apa yang kamu lakukan. Ayo bangun!" perintah Kelvin sambil mendorong kecil tubuh Zia. Sontak membuat Zia bangun dari tubuh Kelvin.
"Ngapain kamu kesinj? Dari mana tau alamat saya?" tanya Kelvin bertubi-tubi sambil mendekap tubuh Zia.
"Da--dari i--ini," ujar Zia sambil memberikan dompetnya pada Kelvin. Dan itu membuat Kelvin sangat senang, sampai ia lupa saat ini dia masih memeluk Zia.
"Ehemm!" dehem Kinan.
"Ehh, maaf! Saya lupa, hehehe," ujar Kelvin menyengir kuda.
"I--iya," ujar Zia masih belum bisa bernafas lega.
'Aaaa, baper gue,' ujar kentang.
'Ada yang panas nih,' sindir toge.
"Hey! Kembali berkerja!" perintah Kelvin. Mereka semua pun kembali berkerja.
"Pak ini say...,"
"Karena kamu sudah kembalikan dompet gue. Jadi gue mau traktir lo shopping, gimana?" tanya Kelvin pada Zia dan memotong perkataan Kinan.
"Hah! Beneran Om? Yeyy! asikkk," ujar Zia tersenyum bahagia.
"Om? Sejak kapan gue jadi Om lo?" tanya Kelvin pada Zia.
"Hmmm," ujar Zia mengangkat bahunya.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Fiksi Remaja"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...