#Part5[nyaman dalam pel*kan] 17+Setelah mereka berbelanja, kemudian makan di sebuah restoran.
"Om malang, Zia pengen Boba," rengek Zia.
"Aduhh sudahlah. Jangan panggil aku Om malang lagi, aku malu tau. Aku ini duda bukan malang!" bentak Kelvin pada Zia.
"Hiks! Hiks! Om malang jahat, marahi Zia," ujar Zia manangis.
'Bisa gila gue kalau dekat ma nih bocil,' batin Kelvin.
"Hey! Jangan menangis. Sini-sini Om peluk," ujar Kelvin sambil merentangkan tangannya untuk memeluk Zia. Dengan sigap Zia berhambur dalam pelukan Kelvin. Nyaman, itu lah saat ini yang mereka rasakan.
Berbeda dengan Daffa, ia sedang mencari Zia keseluruh pelosok. Hingga ia teringat bahwa Zia pergi ke kantor Kelvin. Tetapi ia tidak tahu tempatnya. Sungguh hari yang sial.
"Ziaa! Adik gue hilang! Tolong siapa pun yang temui dia gue jadikan babu deh," teriak Daffa gila. Aneh! dijadikan babu? Ada-ada saja. Ia sudah lelah untuk mencari Zia, kemudian ia pulang kerumahnya. Setelah memasuki pagar rumah, tiba-tiba...
Ciittt!!
Berhenti sebuah mobil, ya itu mobil Kelvin. Kelvin mengantar Zia pulang ke rumahnya.
"Makasih Om malang, besok jemput Zia lagi yaa," ujar Zia tersenyum bahagia. Ia menenteng dua buah kantong besar yang berisi pakaiannya. Daffa terbelalak melihat Zia.
"Dek! Dari mana?" tanya Daffa tegas.
"Habis shopping sama Om malang, Bang," ujar Zia berlalu pergi.
"Om malang mana yang lo temukan Ziaa!" teriak Daffa sudah sangat kesal.
"Om duda, Bang!" teriak balik Zia dari dalam rumah.
"Punya adek kayak jalangkung," kesal Daffa lalu masuk dalam rumahnya.
Di rumah Kelvin, ia baru saja hendak duduk tapi keburu ada yang menelfonnya. Itu Mama Kelvin.
"Halo ma, ada apa?" tanya Kelvin.
'Mama sama papa mau bicara penting sama kamu nanti malam,' ujar mama.
"Bicara apa lagi sih ma? Pacar? Uang? Perjodohan?"
'Pokoknya nanti malam kamu temui kami di Cafe ***,'
"Tap...,"
Tutt! Tutt!
"Arrggg! Pusing gue," ujar Kelvin kesal.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Fiksi Remaja"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...