#Part9[tiga kecupan]17+
#NoplagiatSetelah semuanya selesai, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
"Bang Daffa, Zia boleh gak tidur dirumah Om malang?" tanya Zia berharap.
Pukk!!
Daffa menepuk pelan kepala Zia. "Dek, lo itu kalau mau tidur dirumah Kelvin lo harus nikah dulu sama dia," ujar Daffa menjelaskan.
Dengan senang hatinya, Zia menoleh kearah Kelvin. "Om malang, nikahi Zia besok yaa, biar Zia bisa tidur dirumah Om malang," ujar Zia tersenyum sambil melompat-lompat.
Uhukk!
"Hey Zia, jangan aneh-aneh. Kamu itu masih bocil kemarin, jangan ngajak gue nikah." kesal Kelvin. Jujur, ia juga menginginkan ini, tapi hal seperti ini rasanya terlalu cepat.
"Hust! Zia gak mau masuk pokoknya sebelum Om malang menikah sama Zia," ujar Zia ngambek. Daffa dan Kelvin menatap tak percaya. Mereka harus bagaimana?. Tanpa pikir panjang, tiba-tiba...
Cup! Cup! Cup!
Tiga kecupan singkat dari Kelvin mendarat di pipi dan kening Zia. Daffa terbelalak melihat itu.
"Sekarang Zia masuk ya, besok gue belikan Boba deh," ujar Kelvin merayu Zia dan berhasil.
"Benar ya, Om malang mau beli Zia Boba," ujar Zia tersenyum. Kelvin hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah itu, ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
'Huh! Enak banget jadi Zia, dici*mi sama orang keren. Gue juga mau jadi cewe ah besok,' batin Daffa tersenyum.
Saat sampai dirumahnya, Kelvin tak henti-henti tersenyum mengingat dimana kala ia menc*um gadis mungil itu.
"Aaa! Gue tunggu lo tamat kuliah ini, langsung gue nikahi lo, Dazia," gumam Kelvin sambil tersenyum lebar.
Ditempat lain, Kinan berniat untuk menelfon Kelvin, tapi ia ragu.
"Gue telfon aja ya," ujar Kinan tersenyum.
"Tapi kalau gak diangkat gimana?" pikirnya lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk menelfon Kelvin.
Tut! Tut!
"Kinan," lirih Kelvin saat melihat nama dari panggilan tersebut.
Twingg! Panggilan diangkat.
"Halo pak," ujar Kinan diseberang.
"Ada apa?" tanya Kelvin the point.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teenfikce"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...