#Part27[lamaran Zia]Setelah selesai makan, mereka melanjutkan pekerjaannya. Ada yang ke kantor, ke sekolah, dll. Zia saat ini sedang dalam perjalanan menuju sekolah.
"Zia!" Panggil Daffa dari dalam mobil.
"Hmm." ujar Zia berbalik.
"Jangan nakal-nakal ya," peringat Daffa. Zia hanya tersenyum tipis.
**
Tok! Tok!
"Siapa?" tanya Ery sambil membuka pintu.
"Eh, Bang Kelvin. Masuk bang," ujar Ery tersenyum.
"Iya. Makasi Ery," ujar Kelvin sambil melangkah masuk.
"Duduk, Bang!" Perintah Ery. Kelvin dan semua orang pun duduk.
"Oh ya, biar saya panggilkan Bang Daf dulu ya," ujar Ery dan dibalas anggukan oleh mereka.
**
"Sayang, ada Kelvin tuh," ujar Ery.
"Oke. Panggilkan yang lainnya ya," ujar Daffa tersenyum. Setelah itu Daffa langsung bergegas ke ruang tamu.
"Eh Kel, Om, Tan. Ada apa nih rame-rame?" tanya Daffa the point.
"Jadi niat kami kesini untuk melamar Zia, adik kamu Daffa," ujar Kelry. Daffa menatap Kelvin dengan sebuah pandangan yang tak biasanya.
"Lo yakin, Zia bakal terima ini?" tanya Darrel menimpali.
"Gue yakin, Rel." Ujar Kelvin percaya diri.
"Oke. Kalau kami setuju. Tapi keputusan yang besar ada ditangan Zia sendiri, Tan, Om," ujar Daffa mewakili.
"Iya nak. Kita akan tunggu Zia pulang kok," ujar Revin tersenyum.
Setelah berbincang sangat lama, tak terasa waktu sudah menunjukkan angka 14.30. Tak lama kemudian, ketukan pintu dan salam terdengar oleh mereka.
"Assalamu'alaikum," salam Zia.
"Wa'alaikumsalam, eh udah pulang ya," ujar Daffa tersenyum.
"Ini ada apa, kok rame banget?" tanya Zia heran.
"Sini. Duduk dulu," ujar Divan. Zia hanya mengangguk patuh. Kemudian Daffa mulai memberitahukan kehadiran Kelvin dan orang ramai. Zia terlihat sangat terkejut. Di satu sisi dia sangat senang karena orang yang dicintainya melamarnya, tapi disisi lainnya ia juga merasa sedih karena akan semakin berkurang kasih sayang Abang-abangnya.
"Beri Zia waktu," ujar Zia sambil berlalu.
#Selanjutnya
-hayo! Akan kah Zia menerima?
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teen Fiction"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...