#Part33[rencana dirumah tak berpenghuni]18+"Gawat! Mereka sudah mengetahui rencana ku. Sial!" marah Revin saat Kelvin membicarakannya.
'Aku akan membuat gadis itu menghilang dari sini,' batin Revin tersenyum jahat.
'Tidak semudah itu mas, aku akan berbuat licik melebihi kamu,' batin Kelry seakan mengetahui isi hati suaminya.
**
"Halo, Zia. Datanglah kesini sebentar, Nak. Ada yang ingin Paman bicarakan tentang perjodohanmu," ujar Revin di telepon.
"Eh iya Paman. Zia akan kesana," ujar Zia tersenyum licik.
'Bagus tikus kecil,' batin Revin.
'Kamu pikir, kamu hebat kah Tua bangka?' batin Zia sambil tersenyum kecil.
**
"Zia, mau kemana?" tanya Selly menatap Zia tak hentinya.
"Gak penting." cuek Zia.
"Zia! Bilang dahulu mau kemana, agar ketika kau hilang nanti kami dapat mencarimu," ujar Ery menghentikan langkah Zia.
"Aku mau kemana, itu bukan urusanmu," ujar Zia berlalu pergi.
"Gawat! Kita harus beri tahu Abangnya," ujar Selly diangguki oleh Ery. Mereka tiba di ruang tamu melihat Daffa dan yang lainnya sedang duduk.
"Mas, Zia pergi, huff!" ujar Ery terengah-engah.
"Apa?" Kaget mereka. "Zia pergi? Kenapa tidak kalian cegah? Bod0h sekali kalian!" bentak Devin dengan marahnya.
"Ka--kakak sudah melarangnya, tetapi dia tidak mau mendengarkan apa kata kami," ujar Ery terlihat ketakutan.
"Ahh! Payah kalian!" Teriak Divan marah.
"Hey! Apa-apaan kalian, inikah sikap kalian terhadap yang lebih tua? Dimana sopan-santun kalian?" Ujar Daffa marah.
"Oh, Abang lebih mementingkan Istri dari pada Zia, adik kandung Abang? Yuk! Devin kita cari Zia," ujar Divan mengajak Devin.
"Sudahlah. Gak ada gunanya kita ribut, mendingan yuk kita cari Zia," ujar Darrel menimpali.
**
"Hai, Paman," ujar Zia menyapa.
"Eh, Zia. Sini masuk Paman mau bicara sama kamu," ujar Revin tersenyum kecil.
"Ada apa Paman?" tanya Zia berpura-pura tidak tahu. Revin sengaja mengajak Zia bertemu di sebuah rumah tak berpenghuni.
"Kita akan bermain-main, Sayang," ujar Revin tersenyum jahat. Zia sangat kaget saat mendengarnya.
"Tidak Paman. Aku tidak mau," ujar Zia menolak.
"Percuma kamu membantah Zia, aku akan tetap memaksamu," ujar Revin sambil memaksa membuka paka1an Zia.
"Hiks! Sebenarnya apa yang Paman inginkan?" tanya Zia dengan tangisan kecil.
"Ha!ha! Bukankah aku sudah bilang kalau aku ingin tubuhmu," ujar Revin.
'Aduhh! Cepat dong datang kesini,' batin Zia menjerit.
"Paman jangan! Aku tidak mau paman," lirih Zia memelas.
"Diam!" Bentak Revin. Tanpa mendengar apa yang dikatakan Revin, Zia langsung menendang Revin sampai terjatuh.
"Zia! Aku sudah sabar menghadapi kamu, tapi kesabaranku sudah kau lewatkan. Maka dari itu, rasakan ini." Revin menancapkan p1sau di tubuh Zia.
"Aaakk! Pa-paman k--kau ja--jahat! A--ku akan - mem--balasmu!" Teriak Zia di akhir matanya tertutup.
"Gadis bod0h, kau ingin membalasku? Bagaimana? Ha!ha!" Revin merasa sangat puas setelah membuat Zia mat1. Ia kemudian menggendong Zia dan membawanya kebelakang.
**
"Kelvin! Keluar lo!" Teriak Devin saat tiba di rumah Kelvin.
"Apaan sih, ribut aja," ujar Kelvin datar.
"Dimana Zia? Lo kemanakah adik gue, hah!" bentak Divan sambil menarik kerah baju Kelvin.
"Gu--gue gak tau," ujar Kelvin.
"Gausah main drama lo. Jawab dimana Zia," ujar Daffa kesal.
"Gue beneran gak tau, Bang Daf," ujar Kelvin menerangkan.
"Tunggu! Ini ada apa sih?" tanya Kelvin bingung. Darrel pun menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
"Kalau gitu, ayo kita cari Zia. Kenapa harus bertengkar seperti ini sih?" ujar Kelvin dan disetujui oleh mereka.
**
Di rumah itu, Revin sedang mengubur Zia dalam tanah. Tak lama kemudian, dering ponsel Revin berbunyi.
"Halo, Pa," ujar Kelvin dibalik telpon.
"I--iya. Ada apa," ujar Revin sedikit ketakutan. Entah apa yang dia takutkan.
"Zia hilang, Pa. Papa bantu carikan ya," ujar Kelvin. Revin tersenyum kecil.
Setelah ia ditelfon oleh Kelvin, Revin langsung bergegas pergi dari situ. Tak lama kemudian seorang berpakaian seperti teroris datang menghampiri makam Zia.
***
Dilain tempat, Daffa dan yang lainnya masih sibuk mencari Zia. Mereka juga menghubungi pihak Kepolisian untuk membantu atas kasus hilangnya Zia.
"Sudah jam sebelas malam. Kemana perginya Zia?" tanya Daffa sedih.
'Zia lo dimana? Jangan buat gue khawatir gini, napa. Kalau lo gak cinta sama gue, oke gue terima. Tapi jangan menghilang seperti ini,' batin Kelvin menangis.
"Maaf, pencarian kita lanjutkan besok saja. Ini sudah sangat larut. Kami pamit!" ujar salah satu Polisi.
"Tapi, Pak. Kami mohon, carilah sekitar satu jam lagi," ujar Ery memohon.
"Maaf, kami tidak bisa melanjutkannya," ujar Polisi dan berlalu pergi.
"Zia! Lo dimana, Dek." lirih Darrel.
***
Di jalan, Revin terlihat tak fokus mengendarai mobilnya. Tak lama kemudian, ia mendengar sebuah suara yang tidak asing baginya.
"Paman! Jangan bunuh aku, aku mohon," lirih suara itu di dalam mobil.
"Hah! Siapa itu?" tanya Revin ketakutan.
"Ini aku Paman, aku tubuh yang kau inginkan." Suara itu terdengar semakin jelas. Revin sudah sangat ketakutan. Sehingga tanpa ia sadari celana yang dipakainya sudah basah.
"Aku ingin balas dendam, Paman."
"Pergi! Pergi!" teriak Revin frustasi. Tanpa memperhatikan jalan, ia hilang kendali tak sengaja menabrak sebatang pohon. Semua orang pun datang berkumpul disitu. Matanya perlahan-lahan menutup.
***
Tut! Tut!
"Papa," ujar Kelvin.
"Halo, Pa."
"Maaf, ini dengan Kelvin anaknya Pak Revin?" tanya pihak Rumah Sakit.
"I--iya. Ini siapa?" tanya Kelvin.
"Kami dari pihak Rumah Sakit. Ingin mengabarkan bahwa Ayah anda mengalami kecelakaan yang sangat parah. Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut, datanglah ke Rumah Sakit ****," ujar Dokter itu.
**
"Yess! Berhasil bukan?" tanya Kelry itu.
"Iya. Tante emang pinter," ujarnya.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teen Fiction"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...