#Part26[perhatian Abang berkurang]17+"Sayang, Zia kenapa ya?" tanya Ery pada Daffa.
"Aku juga gak tau sayang, mungkin moodnya kurang baik deh," ujar Daffa menjelaskan.
"Eemm, mungkin sih," ujar Ery.
"Sayang," lirih Daffa memelas.
'Pasti nih, pasti,' batin Ery.
"Iya sayang," ujar Ery tersenyum ketakutan.
"Minta hak."
'Nah kan bener,' batin Ery.
"Gak baik lho nolak permintaan suami, ntar dos...,"
"Iya-iya boleh," ujar Ery pasrah. Malam itu, mereka melakukan yang seharusnya suami istri lakukan.
**
"Besok kita kesana aja," ujar Kelvin.
"Iya sayang, gak sabar lagi ya," ujar Kelry tertawa renyah.
"Ah, gak nyangka ya Ma, anak kita udah mau jadi seorang suami," ujar Revin sedikit sedih.
"Papa kenapa sedih sih, kan harusnya bahagia lihat anaknya bahagia," ujar Kelry berusaha tersenyum.
"Iya sayang," ujar Revin tersenyum.
"Ma, Pa, besok kita kesana yah."
"Iya sayang," ujar Revin tersenyum.
**
'Kenapa jadi gini sih, Abang-abang lebih perhatian sama pasangannya masing-masing. Sedangkan Zia, mereka sudah gak pedulikan lagi, hiks!' batin Zia sambil menangis di kamarnya.
"Baru dua abang yang menikah sudah berkurang perhatiannya untukku. Apalagi kalau Bang Devin dan Divan nikah, pasti Zia sudah jadi seperti anak tiri, huwa!" tangis Zia pecah saat membayangkan bagaimana nasibnya jika keempat Abangnya menikah dan kasih sayangnya berkurang untuk Zia.
"Hiks! Zia gak mau, Zia pengen sama Ayah Bunda," ujar Zia menangis.
"Ayah, Bunda, Zia kangen kalian. Zia pengen dipeluk sama kalian," ujar Zia sambil memeluk foto keluarganya erat dan tertidur.
**
Keesokan paginya, Zia terbangun saat mendengar Daffa memanggilnya untuk bangun dan makan. Zia sangat benci situasi sekarang, padahal dahulu Daffa datang kekamarnya dan memberikan kecupan singkat di dahinya. Tapi sekarang sangat berubah.
"Zia makan ap...."
"Bang Dev, Zia mau sambal itu." Tunjuk Zia memotong perkataan Daffa.
"Ini, Zia," ujar Devin memberikan sambalnya.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teen Fiction"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...