#Part30[ada apa dengan Revin?]18+"Ki--kita lagi nyariin kamu, Zia," ujar Daffa berbohong.
"Zia sih, pergi gak bilang-bilang," ujar Devin lagi.
"Ohh, yaudah keluar." usir Zia sambil menutup rapat pintu kamarnya. Dengan kesal, akhirnya mereka kembali ke ruang tamu.
"Oh ya Bang, hp Zia," ujar Darrel terkejut saat melihat handphone Zia di tangan Daffa.
"Astaga! Gue lupa balikin. Gimana nih," ujar Daffa ketakutan.
Di kamar Zia sedang mencari handphonenya yang menghilang. "Bukannya tadi Zia taruh disini ya," gumam Zia kecil.
"Gawat Zia pasti lagi nyariin." Ery saat ini sangat panik.
"Gue punya ide," ujar Selly sambil berjalan. Tiba di depan kamar Zia, Selly berteriak sangat keras.
"Aduhh! Zia tolongin Kakak," ujar Selly berlari ke arah dapur.
'Lho itukan suara Kak Selly,' batin Zia. Ia langsung bangun dan berlari ke asal suara.
"Kak, kenapa?" tanya Zia khawatir.
"Ini Zia, Marry dorong Kakak," ujar Selly menyalahkan Anj1ng di depannya. Dengan malas Zia pun berbalik dan pergi.
"Huh! Berhasil juga," ujar Ery senang.
"Kenapa?" tanya Zia sudah berada di belakang mereka. Sontak membuat mereka terkejut bukan main.
"Gak apa-apa kok, Zia," ujar Daffa cengengesan. Tanpa banyak bicara Zia langsung masuk ke kamarnya.
"Nah ketemu," ujar Zia tersenyum bahagia saat menemukan ponselnya. Semua yang diluar tersenyum puas saat mendengar Zia menemukan ponselnya tanpa sedikit curiga.
'Masa Om bakal nikah sama Kinan? Heran deh,' batin Zia kesal.
'Pokonya gak boleh dibiarkan,' batin Zia lagi. Tiba-tiba...
Tutt!
'Papa Kelvin?' batin Zia.
"Halo, Zia," ujar Revin.
"Iya. Ada apa Paman?" tanya Zia.
"Zia kerumah sebentar ya, Kelvin lagi sakit nih, pengen ketemu kamu katanya," ujar Revin.
'Ketemu Zia? Kenapa gak telfon aja?' batin Zia penasaran.
"Kamu bisa kan?" tanya Revin.
"I--iya bisa. Zia berangkat sekarang ya," ujar Zia tersenyum.
Tutt!
'Bagus, mumpung sepi nih. Gadis lugu, mau aja dibohongi,' batin Revin tersenyum kecil.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Fiksi Remaja"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...