#Part13[mulai menjauh]
'Lebih baik gue menjauh,' batin Kelvin.
"Om kenapa?" tanya Zia heran. Kelvin hanya menggeleng.
**
"Kalau dipikir-pikir Kelvin sedikit mirip sama gue sih, apa mungkin dia salah satunya kembaran gue?" tanya Daffa sedang dengan laptopnya.
"Ahh! Tapi gak mungkin lah!" teriak Daffa frustasi.
'Bang Daffa kenapa bilang kalau Om malang kembarannya? Apa mungkin dia abang Zia?' batin Zia sedih saat mendengar Daffa berkata. Ia mengendap-endap lebih dekat agar ia dapat mendengar apa yang Daffa katakan. Tapi...
Prangg!!
Sebuah gelas jatuh karena senggolan dari siku Zia. Daffa yang mendengar itupun bangkit dari tempat tidurnya dan melihat Zia berada disitu.
"Zia!" marah Daffa. Zia merasa sangat ketakutan. Badannya sudah berkeringat dingin.
"Zia jawab abang," lirih Daffa.
"I--iya bang," jawab Zia dengan gemetaran.
"Zia ngapain disini?" tanya Daffa sambil membawa Zia duduk di sofa. Zia hanya menunduk takut.
"Ta--tdi Zia dengar abang teriak," ujar Zia.
"Gak dengarkan apa yang sebelum itu?" tanya Daffa memastikan. Zia hanya menggeleng. Oh no! Ia sudah berbohong dan tentunya ini bohongan pertama kalinya.
"Hmm yaudah kalau gitu, Zia tidur ya sudah larut nih," ujar Daffa. Zia hanya mengangguk patuh. Ia langsung bangkit dan masuk kedalam kamarnya.
'Semoga Zia enggak mendengar apa yang gue bilang tadi,' batin Daffa.
**
"Aggrh! Padahal gue udah cinta sama Zia, tapi kenapa harus gini sih," lirih Kelvin putus asa.
Tringg! Tringg!
Suara telephone Kelvin berbunyi, tanda ada yang menelfon. Ia melihat nama yang tertera di layar hpnya.
'Faro,' batin Kelvin. Ia pun mengangkat teleponnya.
"Hai, Kelvin," sapa Faro di telepon.
"Hmm, apa!" tegas Kelvin.
"Galak amat! Eh gue mau bilang ama lo," ujar Faro.
"Bilang apa? The point aja," ujar Kelvin datar.
"Gue boleh gak nginap di rumah lo, soalnya gue bakal les di Indonesia," ujar Faro. Farouz Alvito merupakan sahabat Kelvin dari kecil.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Teen Fiction"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...
