#Part28[tolakan]Setelah beberapa hari Zia tidak komunikasi dengan Kelvin. Hari ini adalah hari penentuan dimana Zia akankah menerima atau tidak.
"Jadi, gimana Nak Zia, kamu terima, kan?" tanya Kelry. Sedangkan Zia masih terdiam.
"Zia, keputusan kamu gimana?" tanya Kelvin kemudian.
"Keputusan Zia sudah bulat. Jadi Zia memilih tidak menerima," ujar Zia dengan perasaan sedih. Semua orang yang hadir pada hari itu sangat terkejut. Kecuali keluarga Zia.
"Alasannya apa Zia! Jadi selama ini kam...,"
"Stop Om! Maaf." lirih Zia setelah membentak Kelvin. Dengan perasaan yang sangat marah, Kelvin langsung bergegas pergi dari situ dan diikuti oleh mereka yang hadir.
"Zia," panggil Daffa pelan.
"Sebenarnya ada apa sih? Kenapa Zia gak terima lamaran Kelvin?" tanya Devin.
'Andai Zia menerima lamaran Om malang, mungkin kalian sudah gak bersama Zia lagi saat ini,' batin Zia sedih.
"Gak apa-apa kok Bang. Zia gak cinta aja sama Om malang," ujar Zia mengelak.
'Gue tau apa yang dipikiran lo, Zia,' batin Ery terlihat sendu.
"Yasudah kalau gitu, Zia masuk sana," ujar Darrel tersenyum. Zia hanya mengangguk patuh. Setelah Zia hilang dari pandangan, mereka mulai bertanya satu sama lain.
"Dari matanya terlihat seperti sebuah beban baginya," ujar Selly.
"Kalau gue lihat, Zia mencintai Kelvin." ujar Divan menimpali.
"Mungkin ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita," ujar Daffa.
"Bisa jadi!" sahut mereka kompak.
***
"Kenapa Zia, disaat gue udah serius sama lo tapi kenapa lo malah bercanda!" teriak Kelvin frustrasi.
"Kelvin, sabar sayang. Mungkin Zia memang bukan jodoh kamu," ujar Kelry menangis melihat kesedihan anaknya.
"Kenapa Zia gitu, Ma," lirih Kelvin sambil sedikit terisak.
"Cup! Cup! Udah yuk. Sekarang kita makan dulu ya." ajak Kelry.
"Ngapain dimanjain sih ma!" teriak Revin dari ruang tamu.
"Papa, anaknya lagi sedih, lho," ujar Kelry.
"Bagus lah," ujar Revin tersenyum kecil.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Fiksi Remaja"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...