#Part11 [masa lalu Zia dan Daffa]
#NoplagiatDaffa dengan hati sedih menceritakan yang sebenarnya terjadi dengan mereka.
"Mama sama papa udah meninggal dek. Papa meninggal saat paman kita yang dibandung ingin mengambil harta kita dan dia membunuh papa. Saat itu mama sedang mengandung kamu usia enam bulan dalam kandungan. Dan mama meninggal saat melahirkan kamu dek," ujar Daffa menjelaskan semuanya dengan air mata berlinang. Begitu juga dengan Zia.
"Dan abang belum cerita sama Zia, bahwa Zia punya abang selain gue," ujar Daffa berhenti sejenak.
"Jadi selain bang Daffa, Zia punya abang lagi?" tanya Zia seakan tak percaya.
"Iya. Mereka merupakan kembaran gue," ujar Daffa.
"Siapa bang?" tanya Zia sambip terus menangis.
"Devin, Darrel, dan Divan. Mereka kembaran gue, Zia," ujar Daffa memelas.
"Jadi Z--zia punya em--empat abang?" tanya Zia. Daffa hanya mengangguk menanggapi perkataan Zia.
"J--jadi dimana mereka, bang Daf?"
"Saat usia kami tiga tahun, mereka dibawa lari oleh paman," ujar Daffa.
"Hiks! Paman sangat jahat. Gimana cara Zia tahu kalau itu abang Zia?" tanya Zia penasaran.
"Pada saat itu, mama pernah memberikan kami sebuah kalung. Dikalung itu terdapat pecahan berbentuk bulat yang dibagikan lima bagian oleh papa," ujar Daffa menjelaskan.
"Gue dan kembaran gue masing-masing dapat satu bagian. Nah, satu bagian lagi buat lo," ujar Daffa.
"Tapi kenapa Zia gak ada?" tanya Zia. Memang dia yang tidak memakai kalung itu.
"Zia, lo ada. Cuma udah gue simpan. Karena saat berusia tiga tahun, lo suka melepaskannya. Maka dari itu, gue menyimpannya dalam sebuah kotak." Terang Daffa. Kemudian ia bangkit menuju lemarinya dan mengambil sebuah kotak. Dan mengeluarkan sebuah kalung. Ia memakaikan kalung itu pada leher Zia.
"Jadi saat mama papa sudah meninggal, kita tinggal sama siapa, Bang Daf?" tanya Zia yang semakin penasaran.
"Kita tinggal bersama Tante Reni. Dia yang sudah mengurus kita, dia adik dari mama kita, Zia," ujar Daffa. Zia hanya mangut-mangut.
"Kalau boleh kapan-kapan kita ketempat Tante Reni ya, bang," ujar Zia memohon. Daffa hanya mengangguk perlahan.
"Abang, Zia pingin cari abang Zia yang lain, boleh?" tanya Zia berharap.
"Boleh kok, gue juga sudah dua bulan ini lagi berusaha menanyakan dan mencari di berbagai kota," ujar Daffa yang membuat Zia sangat senang. Ia langsung memeluk Daffa dengan eratnya.
"Zia kagum dengan, Bang Daf," ujar Zia lirih. Daffa hanya tersenyum saat Zia mengatakan itu.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Novela Juvenil"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...