#Part23[bertemunya four D and Z]Saat ini Zia, Daffa dan Darrel sedang berada di Bandung. Kelvin tidak ikut karena meeting mendadak.
"Bang, dimana rumahnya?" tanya Zia tak sabar ingin bertemu kedua Abangnya lagi.
"Masih jauh, Zia," ujar Darrel.
Dua jam kemudian...
"Nah, ini rumah gue, Daf," ujar Darrel.
"Oh ya, lalu dimana pria brengsek itu?" tanya Daffa kesal pada pamannya.
"Mungkin dia di kantornya, yuk masuk!" Ajak Darrel masuk dan diiringi oleh mereka.
"Darrel!" teriak Devin dan Divan bersamaan.
"Vin, Van, sini," ujar Darrel.
"Ini siapa, Rel?" tanya Divan menatap sinis.
"Daffa, Abang kita," ujar Darrel tersenyum.
Deg!
"A--abang? Jangan bercanda lo Rel, kata Paman kita kan cuma bertiga," ujar Devin tak percaya.
"Lo tau kalung ini dan ini?" tanya Darrel sambil menunjukkan kalung Zia dan Daffa. "Kita ini satu sekandung," ujar Darrel tak dapat menahan air matanya.
"Berati gue punya abang lagi dong. Te--terus ini siapa?" tanya Divan menunjuk kearah Zia.
"Zia, adik kita yang paling kecil," ujar Daffa tersenyum. Tangis haru menyelimuti mereka semua.
"Kita pulang ke rumah gue ya," ujar Daffa.
"Terus kalau Paman tau nanti gimana, Bang?" tanya Zia membuka suara.
"Zia tidak usah pikir, itu biar abang yang urus," ujar Devin tersenyum. Saat sedang bercanda dengan mereka, tiba-tiba sebuah suara terdengar.
"Udah kumpul aja nih."
"Kelvin/Om malang," ujar Daffa dan Zia bersamaan.
"Kaget ya, sama aku juga," ujar Kelvin asal.
Puk!!
"Gil* lo. Kok lo bisa tau kita ada disini?" tanya Daffa penasaran.
"Liat tuh di handphone adik lo," ujar Kelvin sambil menunjuk hp Zia. Dengan cepat Darrel merebut handphone Zia dan membaca semua pesannya.
"Saat masalah seperti ini, masih sempat-sempatnya lo balas pesan dia, Zia," ujar Devin tersenyum kecil.
"Hehe, ia bang," ujar Zia terkekeh kecil.
"Terus lo gak jadi meeting?" tanya Daffa.
"Gak," ujar Kelvin datar.
"Alasannya?"
"Panjang, nanti gue ceritain," ujar Kelvin.
#Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband's Is Duda
Ficção Adolescente"Kelvin, gue mohon lepasin, gue," ujar Saras memberontak. "Lepasin?" "Gue mohon," lirih Saras menangis. Tanpa mempedulikan ucapan Saras, Kelvin terus mengukir di kulit Saras. "Darrel, senjata gue!" Dengan cepat Darrel memberikan sebotol air jeruk...