Suntikan imunisasi BCG pada bayi yang meninggalkan bekas luka, tapi di dunia Naruto semua bisa diatur. Kan, saya yang menulisnya. Abaikan soal vaksinasi bisa meninggalkan bekas luka pada bagian ini. Hihihi. Maaf, update sedikit karena saya agak malas nulis beberapa waktu terakhir ini. :D
Seperti biasa, ditulis satu jam doang tanpa pengeditan. Ada typo atau hal yang mengganggu, tinggalkan komentar. Thanks.
Soal fortune cookie, jika kalian membacanya menjadi prolog sebuah cerita di platform lain kelak, mohon dimaklumi. Saya mengambil kisah kue keberuntungan ini dari salah satu cerita baru yang unrelease, milik saya dong. See you next week, :p
***
Sakura berjalan beriringan dengan Shizune, sedangkan beberapa staf medis mengekor di belakang mereka. Sesekali hela napas panjang keluar dari mulut Sakura yang membuat Shizune mengernyitkan dahi.
"Kau baik-baik saja, Sakura?"
Sakura menoleh pada Shizune yang memasang wajah penasaran, lalu mengangguk saja.
"Ya, aku baik-baik saja, Senpai."
Shizune menggelengkan kepala mendengar jawaban ragu itu. "Aku mengenalmu sebagai junior cukup lama, Sakura. Tidak perlu berbohong padaku. Kalau kau butuh bantuan, aku ada untukmu."
Sakura tidak menutupi perasaan terharu mendengar ucapan Shizune, maka ia tersenyum lebar.
"Ini hanya soal Kakashi. Besok adalah proses operasi, 'kan? Aku hanya merasa gagal memenuhi misi yang diberikan Tsunade-sama. Itu cukup menggangguku."
Shizune menepuk pundak Sakura. "Tidak apa-apa. Toh, kau sudah berusaha melakukannya dengan baik, 'kan? Bagaimanapun kita tidak bisa melakukan intervensi pada hidup orang lain."
Sakura mengulas senyum tipis seiring perjalanan mereka yang sudah sampai di pelataran akademi. Ia harus menghapus semua rasa bersalah karena gagal memenuhi harapan Tsunade. Selain itu, ada hal lain yang mengganggu pikirannya sejak kembali ke Konoha. Tentang malam itu ....
"Sakura," panggil seseorang yang ia kenal.
Di depan pintu ruangan, seorang laki-laki dengan pakaian ninja tampak menunggu kedatangan tim medis Konoha. Saat Iruka melambai, ia membalas dengan senyuman cerah.
***
"Ini pemeriksaan terakhir, tapi Ai-kun agak pemalu dan ia takut pada jarum suntik. Bolehkah aku menemaninya?" tanya Iruka saat Sakura tengah membuang bekas jarum suntik yang dipakai anak terakhir ke dalam wadah yang sudah tersedia.
"Tentu saja. Mungkin ia akan berontak kalau takut jarum suntik," balas Sakura mengangkat bahu singkat.
Iruka mengangguk, kemudian ia baru kembali sekitar sepuluh menit dengan bocah laki-laki berambut hitam berantakan yang bersembunyi di balik tubuh.
"Ai-kun?" panggil Sakura lembut yang dibalas dengan ekspresi gugup Ai di belakang rompi chunnin Iruka.
"Tidak apa-apa, Ai-kun. Kemarilah!" Sakura melambaikan tangan, tapi Ai masih mengintip ragu.
"Ayo maju, Ai-kun." Iruka habis kesabaran, lalu memandang Ai yang masih memegangi pinggangnya kuat-kuat.
Ia setengah mendelik saat berdesis, "Kau tidak akan ikut ujian gennin bila tidak mau melakukan pemeriksaan, Ai-kun."
"Iruka-san, kau akan membuatnya takut bila mengancam seperti itu," tegur Sakura yang membuat Iruka tertawa suram, kemudian menggaruk bagian belakang kepala. Menghadapi anak kecil merupakan salah satu kelemahan terbesar laki-laki yang masih bujang, mungkin begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18