Menulis kisah ini memang saya bela-belain duduk beberapa jam di depan laptop seharian doang. Gimana ya, seharusnya diendapkan biar ketemu logika yang salah. Diteliti lagi. Cuma saya emang rada pemalas. Suka langsung post. Kalau ada something yang kurang pas, komen ya biar saya perbaiki. Makasih.
***
Sakura tidak bisa tidur nyenyak malam itu. Ingatan wajah Kakashi yang duduk di meja makan bersama dengan Ryota dan Sora tak bisa dilupakan begitu saja. Lelaki itu menolak makan malam dengan alasan perut yang sudah kenyang. Sebuah alasan yang cukup masuk akal untuk tidak memperlihatkan wajah aslinya. Hal terakhir yang diingat Sakura adalah ia tidur cukup larut tanpa sadar bahwa ia harus bangun pagi untuk mempersiapkan semua kebutuhan Ryota.
Jelang pukul 4 pagi, Yuki menyentuh bahu Sakura keras. "Bangunlah, kau tidak ingin mendapatkan ceramah pada minggu pertama bekerja di sini, bukan?"
"Ah." Sakura mengucek mata dan bergegas mengikuti langkah Yuki ke kamar mandi.
Ia baru saja masuk ke kamar tamu saat seorang penjaga berwajah tegas menghentikan langkah Sakura. "Ichika-chan, Ryota-sama ingin kau langsung membersihkan kamar dan menyiapkan kebutuhannya."
"Baik."
Melewati koridor yang masih sepi, Sakura berhenti di depan pintu kamar bercat hitam dengan ukiran ular. Pelan-pelan Sakura mengetuk kamar Ryota dengan sopan.
"Masuk!"
Lelaki tua itu tengah memakai yukata tidur dan memperhatikan Sakura yang masuk ke kamar pelan-pelan. Entah kenapa tatapan Ryota begitu dalam sampai membuat bulu Sakura merinding. Ia terbiasa mengintimidasi. Tatapan Ryota begitu menusuk. Itu tatapan yang sama seperti singa lapar yang ingin memangsa korban. Mengerikan.
"Uhm, Ryota-sama, aku akan menyiapkan air hangat untuk Anda."
"Ya, tubuhku terasa pegal setelah perjalanan panjang semalam."
Sakura merasakan ada sesuatu aneh yang tengah direncanakan Ryota. Gadis itu tentu membawa kunai dan tanto ke mana-mana. Menyelipkannya di kantong celana pendek yang berada di balik yukata. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ia bisa saja melukai Ryota kapan saja. Bahkan menggorok leher lelaki hidung belang itu.
Kau tidak boleh melakukannya, Sakura!
Gadis itu mendengus pada pemikiran diri sendiri saat menyalakan mesin pemanas air. Ia jelas tidak bisa membunuh Ryota begitu saja mengingat misi mencari benda berharga milik Moriuchi belum berhasil. Bisa saja Ryota menyembunyikan benda itu di tempat yang tidak terjamah siapa saja. Seperti apa yang dikatakan Kakashi, Ryota mungkin menggunakan kata sandi, kunci atau semacamnya.
Kenapa mereka tidak menggunakan genjutsu saja? Itulah kenapa Tsunade menyuruh Kakashi melakukan misi ini. Lelaki itu bisa melakukan genjutsu pada Ryota agar mengatakan semua kebenaran. Mereka hanya belum memiliki kesempatan untuk melakukan genjutsu pada Ryota. Mungkin momen sekarang merupakan waktu yang tepat untuk melakukan genjutsu, pikir Sakura. Sakura tahu bahwa kemampuan dirinya jauh lebih baik dibandingkan Ryota yang mengaku hanya sampai pada tahap gennin.
Ya, momen seperti ini bisa menjadi saat tepat untuk melancarkan genjutsu. Semakin cepat, semakin lebih baik, bukan? Baru saja gadis itu mematikan keran air, ada seseorang yang menyergap tubuhnya dari belakang.
"Ichika-chan, kau tampak menggemaskan."
"Ryota-sama, apa yang Anda lakukan?" Sakura mencoba melepaskan genggaman lelaki yang memiliki usia hampir dua kali lipat dari Kakashi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18