Kecewa

4.4K 384 63
                                    

Draft Blue saya tulis di sebuah buku sampai chapter 20an. Btw, saya punya anak usia 4,5 tahun yang suka acak-acak rumah. Berita buruknya, buku itu hilang entah ke mana. Duh, saya agak lupa alur cerita yang sudah ditulis scene per scene. Saya minta maaf kalau kelak sambungan Blue bakal aneh atau update agak lama.

Teringat kisah KakaSaku di judul Homesick yang sudah saya buat outline panjang selama dua minggu penuh. Saya tulis dua halaman HVS panjang lengkap dengan tabel karakter biar ceritanya bagus (Saya emang rada aneh, kalau nulis gak pakai tabel karakter. Jadi, maaf kalau karakter tokohnya agak plin plan selama ini). Kertas itu hilang dan saya baru menemukannya dua bulan kemudian. Telah terpotong-potong dan tersambung menjadi ekor layang-layang sepanjang tiga meter. Pengen makan laptop sama chargernya, :D

Btw, tengkyuuu ya yang udah mention dan kirim PM buat kelanjutan kisah ini. Saya terharu. Wkwkwkwkwk.

Selamat membaca. Tolong dibantu masalah tipografi ya!

***

"Kau tampak berbeda," puji Yuki yang meletakkan peralatan make up di atas meja rias.

Sakura tak menjawab sebab ia terlalu sibuk memandangi bayangan diri di cermin. Yuki benar mengatakan bahwa ia berbeda malam ini. Riasan agak bold tampak menghiasi wajah Sakura yang terbiasa tanpa polesan. Gadis itu menutup dan membuka mata berulangkali demi menyaksikan bagaimana bulu matanya terlihat lebih lentik. Yuki memang piawai membuat riasan smokey eyes yang menakjubkan. Lipstik merah bisa mengimbangi rona rose gold alami Sakura. Ya, tampaknya ia tidak akan mengeluhkan lahir dengan rambut pink kali ini.

"Aku tidak tahu kalau kau pandai merias," ucap Sakura menatap wajah Yuki yang terlihat puas.

"Sekarang kau tahu 'kan?"

Haruka menimpali percakapan keduanya, "Yui-sama membiarkan Yuki mengikuti kursus merias setahun lalu. Ia berbakat."

"Kau benar, Haruka-chan. Kenapa kau tidak mencoba pekerjaan lain dibandingkan kerja di sini? Maksudku, kau punya masa depan lebih baik, Yuki-san."

Yuki mengedikkan bahu. "Aku tidak yakin akan seberuntung itu."

"Percayalah, kau bisa—"

"Apakah Ichika-chan sudah siap?" Yui mendadak masuk ke kamar para pelayan dan tampak terpesona dengan penampilan Sakura.

"Lumayan bagus," komentarnya singkat.

"Dia hanya perlu berganti pakaian, Yui-sama," ucap Yuki buru-buru, khawatir kalau Yui akan mengkritik hasil riasan di wajah Sakura.

"Bagus. Segera selesaikan pekerjaan kalian dan lakukan tugas seperti biasanya. Semua harus selesai jelang pukul 7 malam. Mengerti!"

Semua orang mengangguk dan Yui meninggalkan kamar pelayan wanita dengan suara sepatu yang masih terdengar jelas.

"Kurasa, dia memang dilahirkan untuk memberi perintah," komentar Yuki.

"Di mana Erika?" tanya Sakura out of topic.

Haruka mengedikkan bahu. "Mungkin ia menangis di gudang. Meratapi nasib karena tak bisa mencelakaimu lagi, Ichika-chan."

Yuki ikut menanggapi, "Seharusnya Erika menyadari kalau ia bisa mendapatkan kesulitan karena mencelakaimu. Ia masih bisa tampil menawan kalau bisa mengontrol diri sendiri, kok. Tenang saja, ia mendapat tugas untuk menjaga Taka malam ini."

Haruka mengangguk setuju. "Ya, setidaknya ia bisa menari di depan para tamu setelah Taka-kun terlelap. Uh, menyebalkan sekali. Sedangkan kita hanya bisa menawarkan nampan berisi minuman dari satu meja ke meja lain."

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang