Ruangan besar yang berada di bagian paling belakang mansion Ryota cukup membuat Sakura bergidik. Cat dinding ruangan tersebut berwarna hitam gelap, semakin menambah suasana suram. Sesuram para penghuninya? Pertanyaan tersebut seperti dibenarkan saat Sakura bertemu dengan beberapa pelayan yang tidak tersenyum sedikitpun. Bahkan wajah mereka seolah menyiratkan empati, rasa kasihan atau iba berlebihan, Sakura tidak tahu.
Fokus, fokus pada tujuanmu, Sakura!
Langkah Sakura mengikuti Yui yang membawanya semakin masuk ke ruangan yang terdiri dari 4 ranjang berukuran kecil mirip dengan tempat tidur kelas III di rumah sakit Konoha. Hanya ada satu lemari kecil di samping masing-masing ranjang. Mungkin tempat menaruh pakaian atau perlengkapan pelayan, pikir Sakura.
"Kau bisa tidur di sini bersama dengan pelayan wanita lain. Ada beberapa aturan mengenai jadwal pekerjaanmu nanti. Sebagai pelayan pribadi Ryota-sama, kau memiliki kelebihan dibandingkan pelayan lain."
Kelebihan? Sakura mendongak dan mendapatkan tatapan bola mata kuning Yui yang tajam.
"Kau bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pelayan mansion ini jika Ryota-sama membutuhkanmu kapan saja. Bisa saja ia akan membutuhkanmu beberapa kali dalam seminggu, tetapi ia juga sering bepergian cukup lama. Jadwalmu mengurus semua perlengkapan dan kebutuhan Ryota-sama tertera di kertas ini. Kau bisa membaca, bukan?" tanya Yui yang membuat Sakura sedikit kesal.
"Sedikit," jawab Sakura berbohong.
"Yuki-chan, bantu Ichika-chan mempelajari jadwalnya," perintah Yui memanggil salah seorang pelayan wanita berambut hitam yang diikat tinggi.
"Hai, Yui-sama."
Selepas kepergian Yui dari ruangan tidur para pelayan, gadis yang bernama Yuki mendekati Sakura.
"Jangan membencinya. Ia memang begitu. Suka memerintah dan sangat menyebalkan."
Sakura ingin tertawa, tetapi gadis itu tahu bagaimana posisinya di mansion. Yuki menatap sebentar pada jadwal pekerjaan yang diberikan Yui.
"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa sampai ke sini."
"Aku butuh pekerjaan," ujar Sakura asal.
Yuki mendelik. "Di sini, kau memang aman dari ancaman perang dan kejahatan di luar sana. Tapi ada kejahatan yang lebih berbahaya mengintaimu, Ichika-chan."
Sakura tahu arah pembicaraan sang lawan bicara. Kakashi sudah menceritakan mengenai Ryota dan kebiasaan si tua bangka dengan gadis-gadis muda.
"Aku butuh tempat tinggal yang nyaman."
Yuki menghela napas pelan. "Aku tahu. Terkadang hidup memang tidak adil."
Sakura menatap Yuki sebentar dan melihat gurat kesedihan menggaris dalam wajah gadis berambut hitam itu.
"Apa si tua bangka—sebutan Ryota—kasar padamu?" tanya Sakura hati-hati.
Yuki menimbang. "Kadang-kadang ia memberikan kami pakaian dan makanan yang mewah."
"Tidak sepenuhnya jahat kalau begitu," ujar Sakura seolah lupa peringatan Kakashi mengenai sosok Ryota.
"Ada harga yang harus ditebus, Ichika-chan."
Sakura menoleh dan melihat mata Yuki berkilat penuh amarah. "Seks. Ia gila."
***
Sakura memperhatikan sosok Yuki yang ia perkirakan sebaya dengannya atau lebih tua satu atau dua tahun saja. Gadis itu mengembalikan rincian jadwal pekerjaan Sakura mulai bangun pagi sampai tidur malam. Sakura sendiri bergidik melihat jadwal pekerjaan yang terlihat penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18