KakaSaku addict, terima kasih yaaa. Banyak yang bilang suka sama ide cerita saya tentang mas Kakashi dan mbak Sakura. Hanya saja saya belum bisa konsisten menulis kisah ini. Sebenarnya saya bukan artis yang sok sibuk sih, tapi ya emang sibuk. Hahaha. Jadi, mohon maaf kalau update lamaaaaaaa yaaa! Ada project renov rumah, semakin sibuklah sayaaa. :p
Thanks yaaa udah setia menunggu Blue. Kalian dapat salam manis dari Rr, kesayanganku. *ketchupsatusatu*
Seperti biasa yaaa, boleh bantu cek typo atau kesalahan logika penulisan. Langsung unggah tanpa basa-basi. :DDDDDD
***
Aroma hujan yang masih tersisa bisa Sakura saksikan saat melewati deretan bunga ajisai di taman depan penginapan. Bunga berwarna ungu dan pink tampak mekar, cantik terbasuh air hujan Takigakure. Tergoda untuk menyentuh keindahan bunga ajisai, Sakura berhenti di taman. Tangan kanannya menyentuh ujung kelopak bunga dan tersenyum senang. Ia benar-benar tidak sadar kalau ada kamera Polaroid yang tengah mengabadikan pemandangan pagi itu.
"Indah, ya," ujar Sakura pada Kakashi yang acuh.
"Kalau kau sudah puas memandangi bunga itu, ikut aku ke lobi."
"Huh." Sakura melengos duluan menuju ke lobi penginapan yang memiliki desain sederhana. Hanya ada sebuah kursi panjang dan meja terbuat dari kayu berwarna hitam, sedangkan meja resepsionis berada di ujung depan.
Kakashi menyerahkan formulir pendaftaran pernikahan pada wanita yang memakai kimono warna putih bersih dengan hiasan bunga ajisai kecil. Sakura mengekor di belakang punggung sang kapten ANBU dengan tegang.
"Sila mengantri bersama dengan calon pasangan lain, sedangkan Haruno-san bisa mengikuti saya ke ruangan lain."
Kakashi hanya mengangguk tanpa peduli dengan raut muka Sakura yang berubah 80 persen. Sebal. Kaki Sakura telah menapak ruangan yang memiliki luas sekitar 7 x 7 meter dan berisi sekitar 10 wanita muda. Di pojok ruangan ada sebuah bilik yang tertutup rapat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah menyuruh Sakura duduk di samping wanita berambut pendek sebahu, sang resepsionis kembali ke tempat asal. Kini Sakura mencoba memperhatikan sekitar termasuk para wanita yang mungkin akan melakukan tes yang sama.
"Oh, hai," ucap Sakura saat wanita berambut pendek sebahu menundukkan kepala sebagai salam hormat.
"Hai, namaku Ayana. Sepertinya kau datang paling akhir."
Sakura tersenyum canggung. "Ya, aku ada masalah sedikit tadi. Namaku Ino Haruno. Kau bisa memanggilku dengan nama depan."
Sorry, Ino!
Ayana mengangguk dan memperhatikan Sakura dari ujung kaki hingga kepala. Meskipun ia sempat menoleh ke arah lain, tetapi Sakura bisa melihat bagaimana ekor mata itu masih melirik penasaran.
"Aku bukan orang asli Taki," ucap Sakura seolah menjawab pertanyaan Ayana yang tidak terlontar.
"Oh, ya?" Berbeda dengan beberapa menit lalu, suara Ayana tampak antusias sekali.
"Sebenarnya aku berasal dari perbatasan Iwa dan tertarik untuk menyaksikan pernikahan massal. Kudengar kalau pernikahan massal diadakan kembali setelah lama tak ada peminat." Terima kasih pada Hugo yang mau bercerita, batin Sakura senang.
"Ya, perkembangan jaman sudah berubah. Wanita bisa bertindak bebas sesuai keinginan, tidak sama dengan wanita jaman dahulu."
Sakura tersenyum kikuk. Ayana menatap Sakura dengan pandangan berbeda kala berkata, "Kelihatannya kita seumuran. Aku baru genap 20 tahun beberapa hari mendatang, tapi keluarga besar sudah memiliki calon untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18