Sudah berapa lama Kakashi tidak sadarkan diri, ia sama sekali tidak mengingatnya. Hal pertama yang terlintas dalam benak adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih bersih. Di manakah dirinya? Ia berusaha bangkit, tetapi terhenti saat merasakan kepala seseorang bersandar di dekat tangan kanan. Rambut berwarna merah muda itu tampak mencolok dibandingkan rambut orang lain. Tentu ia langsung mengenali siapa pemilik rambut unik itu.
Tangan kanan Kakashi menarik anak rambut yang menutupi wajah Sakura dan merapikannya. Dengkur napas yang teratur saat tertidur membuat Sakura tampak aneh. Ada sedikit liur yang menempel di selimut itu, tapi Kakashi sama sekali tidak keberatan. Apa yang dimiliki Sakura membuat ia merasa manusiawi. Jemari itu bergerak menepuk pipi Sakura dengan lembut, membuat si pemilik raga terbeliak kaget.
"Astaga, Kakashi! Kau sudah sadar?"
Mungkin Sakura terlalu terkejut sehingga ia bergerak hendak mencari sesuatu, tapi tangan kanan Kakashi menariknya.
"Aku tidak butuh apa-apa, asal kau ada di sini. Itu sudah cukup, Sakura."
Sakura menghembuskan napas lega. "Baiklah, aku tidak akan ke mana-mana. Tapi kau harus tetap istirahat, lukamu belum sembuh benar."
"Sudah berapa lama aku tidur di sini?" tanya Kakashi saat Sakura mengecek selang infus yang membelit tangan lelaki itu.
"Sejak kemarin malam."
"Bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Kakashi.
Alis Sakura bertaut. "Siapa yang kau maksud yang lainnya itu? Jika yang kau tanyakan Naruto dan Ino, mereka baik-baik saja. Saat ini, mereka tengah membantu orang-orang membangun kuil ini kembali. Banyak kerusakan yang terjadi, begitulah."
"Kenji?"
"Ia baik-baik saja. Tentu ia masih dalam perawatan, tapi aku mempercayakannya di bawah pengawasan Sora."
"Sora?"
Sakura mengabaikan kernyitan tebal di kening Kakashi. Gadis itu mengecek kondisi sang mantan sensei, lalu berdecak kagum.
"Kau hanya perlu pemulihan. Aku akan membuat sup ayam hangat untukmu atau kau menginginkan sesuatu mungkin?"
"Sakura?" tangan kanan Kakashi menarik pergelangan kiri gadis itu.
"Eh?"
"Terima kasih atas bantuanmu."
Sakura tertawa kecil. "Jangan terlalu dipikirkan! Kau harus segera sembuh dan kita bisa kembali ke Konoha secepatnya."
Kakashi ikut tersenyum. Ya, bagaimanapun misi itu sudah gagal. Mereka tidak akan mendapatkan batu giok itu kembali. Setidaknya Kakashi merasa senang sebab ia bisa menyelamatkan sebuah desa dari amukan siluman berkepala delapan itu. Melihat Sakura yang sibuk mengecek tensi darahnya, Kakashi menyembunyikan senyum itu.
***
"Oi, Kakashi-sensei, kau sudah sembuh?" Naruto buru-buru mendudukkan diri di kursi dekat ranjang Kakashi.
"Senang bisa mendengar suaramu lagi, Naruto."
Sakura yang membawa semangkuk sup hangat hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Naruto yang kekanakan. Ia meletakkan nampan berisi sup itu di atas nakas dekat ranjang.
Sejak peristiwa hebat yang terjadi di Danau Mashu, Kakashi memang berada di bawah perawatan Sakura. Laki-laki itu dirawat di penginapan dekat kuil yang menjadi salah satu bangunan utuh alias tidak mengalami kerusakan yang berarti dibandingkan dengan bangunan utama kuil yang runtuh.
"Sejak kau masuk ke dalam pusaran air, Sakura tidak berhenti menangis. Aku sudah—"
Sakura sudah lebih dulu memukul kepala Naruto dengan keras. "Tutup mulutmu, Baka!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Fiksi PenggemarSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18