Mata emerald itu terbuka dan menatap langit kamar ryokan yang masih sama. Tangan kiri Sakura meraba bagian kiri ranjang dan hatinya mencelos. Tidak ada siapa-siapa. Ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Bibir merah Sakura agak masam menyadari bahwa Kakashi memilih tidur di lantai. Astaga. Kenapa ia bisa lupa? Saat menyadari kondisi tubuh yang terbalut selimut tebal, Sakura langsung mendudukkan diri.
"Ohayou," sapa Kakashi yang duduk di kursi dekat balkon, mengagetkan Sakura.
"Uh...ohayou, Kakashi."
"Tidurmu nyenyak?"
Sakura tahu, pertanyaan Kakashi hanya basa-basi. "Lumayan. Terima kasih atas selimutnya."
Kakashi hanya tersenyum. Lelaki itu tampil lebih rapi dengan hakama warna gelap yang terlihat lebih resmi. Rambut perak yang telah berubah agak kecoklatan langsung menyadarkan Sakura bahwa mereka harus menyamar lagi. Seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Sakura, Kakashi berujar singkat, "Waktu kita sangat terbatas."
Sakura tidak menjawab. Ia merapikan sprei dan selimut yang berantakan, lalu masuk ke kamar mandi. Begitu pintu kamar mandi tertutup, apa yang dikatakan Ino memang nyata. Senyum Kakashi sangat tidak manusiawi.
"Kau bisa terkena serangan jantung kalau berdekatan dengannya!" bisik Sakura pada diri sendiri.
***
Suasana aula sangat ramai karena sebagian besar pasangan sudah sibuk mencari tempat duduk masing-masing. Ada papan nama yang telah berjajar di atas meja panjang lengkap dengan kursi kayu berderet rapi. Mau tidak mau, Sakura mencari nama Mr & Mrs. Genma yang ternyata berada di bangku paling depan. Memaki dalam hati, Sakura kesal pada Kakashi yang memilih nama sang pemilik senbon alih-alih nama khas Konoha yang lain.
"Sudah menemukan kursi kalian masing-masing? Mari duduk dan sarapan bersama-sama!" Tetsuo tersenyum lebar pada Kakashi yang berada di bangku paling depan. Mata hijau itu berkilat seolah tahu apa yang telah terjadi. Mengebor sejak pertama tim Kakashi datang ke kompleks kuil di Taki. Sakura yang terbiasa dengan tatapan galak Tsunade merasa terintimidasi. Ia memilih memandang pada sajian makan yang sudah tertata rapi.
"Sebelum sarapan, bagaimana malam kalian?" tanya Tetsuo.
Sakura mendelik secara tidak sadar yang langsung mendapatkan senyum sumringah Tetsuo. "Aku yakin kalau Genma-san pasti sangat handal di atas ranjang. Bukankah begitu?"
"Anda benar sekali, Tetsuo-sama," balas Kakashi sembari mengeluarkan sebuah kain putih yang telah ternoda.
"Wah, kalian memang pasangan yang hebat sekali."
Sakura tidak ingin menyaksikan pemandangan itu. Ia memilih mengalihkan perhatian ke arah lain yang langsung mendapatkan kerlingan dari Ayana. Gadis itu tampak tertekan sekali. Ia yakin kalau Ayana bakal kehilangan nafsu makan setelah kejadian ini.
"Untuk kalian yang belum menyerahkan kain suci, bisa mengumpulkannya pada Ayashi yang berdiri di depan pintu itu."
Setelah semua lelaki memberikan tugas malam pertama mereka, Tetsuo berdeham ringan, "Selamat menikmati sarapan kalian. Kita akan mengadakan tur keliling kompleks penginapan dan kuil setelah kalian selesai sarapan."
Semua orang mengangguk dan sibuk menikmati sajian sarapan yang bermacam-macam. Ada onigiri, sup jamur, daging asap, dan berderet sayuran segar untuk orang-orang yang mengaku sebagai vegan. Sakura hanya mengambil sup kaldu ayam dan ocha hangat sebagai menu sarapan ternikmat di Taki yang memasuki musim dingin. Sebenarnya ia tidak terlalu nafsu makan, tetapi perutnya perlu amunisi. Setidaknya ia tidak boleh melakukan misi dalam perut kosong, chakranya bisa saja tidak maksimal nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18