Insiden

4.9K 433 58
                                    

Tolong dibantu cek typo dan logika, ya! seperti biasa langsung unggah, :D

***

Sakura sedang menemani Taka bermain di kamar saat sosok Kakashi masuk diam-diam. Berusaha menyembunyikan raut kesal pun rasanya sia-sia, wajah Sakura tidak bisa menipu. Ia kesal luar biasa. Bagaimana bisa seorang Kakashi memanfaatkan misi untuk mengeruk keuntungan pribadi?

"Toru-san, apakah kau ingin mengajariku?" Taka yang masih terpesona dengan Kakashi langsung menghampiri lelaki itu.

"Uhm, bagaimana kalau besok saja?"

"Kenapa?" Bocah itu memasang wajah masam.

"Aku sedang sibuk, Taka-kun. Bukankah kau akan belajar membaca dan menulis huruf kanji dengan Ichika-chan?"

"Ah, aku bosan."

"Kaasanmu bilang kalau Yui-san yang biasa mengajari. Apa kau ingin belajar dengan Yui-san saja?"

Taka menimang. "Aku tidak mau belajar bersama Yui-san, dia lebih membosankan. Ichika-chan lebih sabar."

Kakashi mungkin saja menyembunyikan senyum dibalik masker buruk itu. Taka tidak tahu bagaimana sikap temperamen Sakura bisa muncul kapan saja. Oh, mungkin sikap kasar itu tidak akan muncul kalau Sakura tengah bersama anak-anak. Buktinya, Sakura menjadi salah satu idola anak-anak di panti asuhan Konoha.

"Taka-kun, mari kita belajar. Sora-sama akan marah padaku kalau kau tidak mau belajar hari ini."

Taka membalikkan tubuh pada Sakura dan tersenyum. "Tapi aku ingin menggambar pemandangan dulu. Boleh 'kan?"

"Tentu," sahut Sakura seadanya.

Beberapa pensil warna dan buku gambar menjadi obyek Taka sehingga ia lupa bahwa ada dua orang dewasa yang saling menatap tajam di ruangan itu. Sakura berusaha mengacuhkan Kakashi, namun ia masih menyimpan rasa jengkel luar biasa. Gadis itu merengut saat mengalihkan pandangan ke jendela kamar yang terbuka. Ia perlu udara. Langkahnya terhenti di depan jendela kamar Taka yang langsung menghadap pada danau di belakang mansion.

"Aku mendengar cerita dari Pakkun."

"Tidak bijak membicarakan hal penting di sini," sahut Sakura melirik Taka yang tengah asyik menggambar gunung.

Setengah terkejut, Sakura menatap tajam pada tangan kanan Kakashi yang menyentuh lehernya. Menggeser dari atas tulang selangka ke bawah sedikit, menyibak yukata bagian atas Sakura. Mengabaikan degup jantung sang lawan yang berirama, Kakashi menyentuh bekas merah setengah lebam tepat di bawah tulang selangka. Bekas gigitan.

"Aku tahu apa yang harus kulakukan," ujar Sakura menghempaskan tangan Kakashi agak kasar.

Suasana berubah sedikit canggung sebab Kakashi tak menduga dengan respon Sakura. Ia juga tak mengerti mengapa insting dirinya ingin menyentuh bekas gigitan itu. Pakkun menceritakan apa yang terjadi di kamar Ryota saat ia sibuk latihan bersama Sora tadi. Menurut cerita yang diungkapkan sang ninken, Sakura berhasil mengelabui lelaki bangsat itu. Setidaknya krim Tsunade bisa bekerja dengan baik meskipun masih bisa membuat Ryota meninggalkan bekas merah di dada sang mantan murid.

"Aku belum berhasil menemukannya jika itu yang ingin kau tanyakan."

Ketus sekali. Ada apa dengan Sakura?

"Aku tidak berharap kita akan menemukannya dengan cepat."

Sakura mengedikkan bahu. Ia lelah. Ya, pekerjaan rumah tangga di mansion Ryota terlalu banyak sehingga ia kesulitan membagi waktu antara bekerja dan menemukan batu giok itu. Apakah akumulasi perasaan frustasi bisa membuat ia kehilangan konsentrasi? Rasanya sulit berkonsentrasi sejak kejadian di danau—Kakashi tak menolak ciuman Sora. Kenapa Sakura harus uring-uringan sih?

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang