Secara sekilas, ide awal cerita ini hampir mirip dengan fanfic yang berjudul Duty Before Honor. Ya, saya memang terinspirasi dari semua karya yang ditulis Silvershine hingga membuat saya cinta mati sama pair Kakasaku. Tentu untuk pengembangan ide dan gaya bahasa, saya memastikan Blue sepenuhnya orisinal. Kalau ada typo atau kesalahan logika, tolong diluruskan yaaa! Pasalnya, udah lama gak nulis fiksi lagi. :p
***
"Maaf, aku terlambat."
Sakura tergopoh dengan tas ransel tersemat di bahu kanan. Rambut pendek sang gadis tampak berantakan sedangkan pakaian khas berupa blus merah dengan rok pendek selutut masih melekat di tubuh mungilnya. Kakashi hanya melirik sekilas dan menarik tangan Sakura cepat.
"Kita terlambat lima menit, kereta pasti sudah berangkat. Ayo!"
Dalam pegangan tangan yang kuat, Kakashi membawa Sakura melompat cepat dari satu atap bangunan ke bangunan yang lain. Gemuruh angin Konoha terasa mematikan indra pendengaran namun tidak dengan suasana hati Sakura. Gadis itu merasa degup jantungnya terpompa sebab tangan Kakashi masih menggenggam erat lengan kanannya. Ia menatap sang sensei yang selalu tampil dengan gaya sok cool.
"Pegangan erat!"
Belum sempat berpikir, Kakashi sudah menariknya jauh menuju ke atas gerbong kereta. Sakura terlalu terkejut hingga ia mengabaikan perintah Kakashi untuk memegang erat lengan sang mantan sensei. Akibatnya, ia tergelincir nyaris jatuh ke bawah gerbong sebelum tangan kanan Kakashi menarik lengan Sakura dan mendaratkannya sempurna di dada pria berambut perak itu.
"Jika aku memerintahkanmu sesuatu, biasakanlah untuk mematuhi!"
"Gomen, Sensei."
"Kompartemen kita ada di bagian depan. Berjalanlah lebih dulu!"
Sakura merengut. "Kau pikir aku akan jatuh untuk kedua kali."
Kakashi mengedikkan bahu tak peduli sedangkan Sakura semakin kesal dan berjalan cepat di atas gerbong kereta yang berjalan dengan kecepatan maksimal. Begitu sampai di gerbong belakang masinis, Sakura cepat-cepat turun dan melompat melewati pintu samping kereta. Butuh kehati-hatian tinggi agar ia tak terjatuh saat berusaha memasuki kereta secara ilegal. Menyelinap bukan hal baru bagi ninja sepertinya.
"Lain kali aku benar-benar tidak akan mengambil misi mendadak tanpa persiapan lebih dulu."
"Kau yakin bisa melawan shishoumu sendiri?"
Sakura hampir terpekik begitu merasakan sentuhan sedikit kasar yang menyeret tas ransel miliknya. Tas itu kini tersimpan rapi di rak penyimpanan atas bersanding dengan ransel Kakashi. Lelaki memakai masker itu langsung duduk dan menatap sekilas pada area pepohonan Konoha. Kereta telah jauh meninggalkan pusat desa Konohagakure dan bersiap melaju menuju ke desa Iwagakure.
"Kenapa shishou mengganti Tenten?"
"Ia dibutuhkan dalam misi lain yang tak kalah penting dengan Neji."
"Maksudmu? Misi ini tak penting?"
"Bukan sebuah misi tingkat S."
"Nah, kau tahu pokok masalahnya sekarang. Kenapa seorang kapten ANBU tidak melakoni misi tingkat S malah melakukan misi tingkat A saja?"
"Meski bukan misi yang terlalu berbahaya, ada risiko yang harus ditanggung jika misi ini gagal."
"Maksudmu?"
"Kita hanya perlu mengambil sebuah batu giok berwarna emerald dengan ukiran naga."
"Apa? Kita hanya perlu mengambil sebuah batu giok. Aku benar-benar telah mengorbankan pasien yang akan dioperasi hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18