Warning : Rate M
Bijaklah memilih bacaan yang sesuai usia :p
***
Gesekan pena dengan kertas terus terdengar di ruang kerja Sakura. Mungkin sudah hampir setengah jam, sang gadis berambut merah jambu itu hanya mencoret kertas di hadapannya. Ia tidak menulis sesuatu selain menggambar diagram rumit tak jelas. Otaknya tengah berpikir keras sampai ia tak mendengar ketukan pintu yang mungkin sudah ketiga kali.
"Oi, Kakashi-sensei, apa yang kau lakukan di sini?"
Sakura yang mendengar suara Ino terpekik kaget dan nyaris terjungkal ke belakang. Gadis berusia 19 tahun itu berusaha menguasai diri saat menatap sang mantan sensei tengah berdiri di depan pintu ruang kerja.
"Kakashi-sensei, kenapa tidak memberitahuku?"
Kakashi acuh. "Aku sudah mengetuk pintu tiga kali."
Sakura meringis. "Gomen, aku hanya—"
"Banyak pikiran, aku tahu."
"Oh, bukan hal penting. Masuklah, sensei! Oh ya, ada apa, Pig?"
Ino mendengus. "Aku akan pulang lebih dulu. Maki sudah menggantikanku di shift kedua."
"Ya, pulanglah! Sebaiknya kau berhati-hati, Pig! Kudengar, ada gadis blonde yang suka menggoda para pria yang ada di Konoha setelah pulang bekerja."
Ino tertawa keras. "Saranku masih tidak berubah, Saki. Kau harus mengikuti jejak gadis blonde itu. Aku pulang dulu, jaa!"
"Uh, seharusnya Inoichi-san mengetahui kenakalan anaknya," omel Sakura.
"Hmmm, dia sudah dewasa," komentar Kakashi ringan.
"Dewasa sebelum waktunya."
"Gadis berusia 18 tahun bebas menentukan jalan hidup, bukan?"
Sakura melengos. "Tapi, bukan berarti kebebasan yang sepenuhnya. Ino bisa menjadi pribadi tidak terkendali. Banyak rumor mengatakan tentang dirinya. Aku hanya—" Sakura menutup mulut dengan telapak tangan. Ia terlalu kebablasan.
"Iri?" Mata Kakashi yang tidak tertutup ikat kepala Konoha melirik Sakura.
"Heh? Tentu saja tidak. Aku tidak punya waktu untuk pergi ke bar atau klub malam Konoha. Ada banyak hal yang jauh lebih penting dibandingkan bersenang-senang di klub dewasa. Ada banyak operasi menungguku. Selain itu, membaca buku di perpustakaan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sekedar hubungan sing—ah, lupakan!"
Kakashi memandang Sakura bosan. "Idealis."
Temperamen khas Sakura mulai muncul saat gadis itu menatap sinis pada Kakashi. "Jadi, apa yang kau inginkan sebenarnya, Sensei?"
"Pembicaraan kita seminggu lalu. Aku hanya ingin menanyakan hasilnya."
Oh My God, bahkan Sakura belum memiliki ide sedikit pun untuk melaksanakan tugas Tsunade. Pil biru itu masih tersimpan aman di kantong ninja miliknya. Belum tersentuh sama sekali. Sang gadis hanya tidak tahu bagaimana cara mengambil sperma Kakashi tanpa harus diketahui tujuan utamanya.
Ya, Kakashi bukan ninja yang bodoh. Ia begitu hati-hati menerima tindakan medis apa pun. Bahkan, pria itu selalu menolak datang ke rumah sakit meski mengalami luka parah setelah melakukan misi tingkat S.
"Oh, aku belum—"
"Apa lagi yang harus ditunggu?"
"Aku akan memberitahumu nanti. Lagi pula, kenapa masih ingin melakukan hal konyol itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18