Lagi terkena serangan flu dan batuk. Maaf update-nya agak telat, ya!
***
Terlalu pagi ....
Sakura menekuk wajah begitu angin membuyarkan lamunan. Angin itu membawa daun-daun kering menempel di rambut dan tubuh. Mengingatkannya bahwa musim gugur sudah dimulai sejak ia terlalu sibuk memikirkan Kakashi beberapa waktu lalu. Hawa yang mulai terasa dingin juga mengingatkannya pada suasana Takigakure. Kehangatan. Ia membutuhkannya. Diangkatnya botol sake itu lagi, lalu ia teguk cepat-cepat. Ia harus menyelesaikannya sebelum bertemu orang-orang, apalagi bertemu Naruto atau Ino yang sangat ingin ia hindari sekarang.
Tubuh Sakura nyaris bangkit dari kursi, tapi ia mengurungkan niat. Didudukkannya kembali pantat menyentuh bangku besi yang dingin, lalu ia menggelengkan kepala kuat-kuat. Mungkin Naruto atau Ino tengah terlelap sekarang setelah apa yang mereka lakukan di bar semalam. Mungkin keduanya mabuk dan berakhir di ranjang siapa pun itu, atau Akira membiarkan tubuh dua ninja itu terkulai di lantai bar. Membayangkannya saja membuat Sakura tertawa, lalu ia menggoncangkan botol sake yang tinggal sedikit.
"Aku sudah gila!"
Kemudian ia mendongak merasa ada tubuh orang lain berada di depan pandangan. Begitu menyadari siapa yang datang, ia mengalihkan perhatian pada daun-daun momiji yang gugur di tanah.
"Ini tidak baik untuk kesehatanmu."
Sakura mendengkus kecil. Alih-alih mendongak, daun-daun yang gugur lebih memikat pemandangan. "Aku butuh sesuatu yang hangat."
Apakah perkataannya terlalu ambigu? Sakura menimbang sendiri. Mungkinkah pikirannya sudah tercemari segala hal tentang kegiatan bersama Kakashi sampai ia menjadi gadis yang mengerikan sekarang. Jika tidak ada kata yang lebih baik, maka ia bisa menyebut dirinya menjadi pribadi yang agresif sekarang. Tentu ia malu dengan kondisi dirinya yang sekarang. Namun, pemikiran itu langsung teralihkan saat ia merasakan sebuah rompi jounin melekat di pundak.
Sakura kembali mendongak, lalu Iruka memasang senyum tulus. "Aku tidak punya pakaian yang lebih panjang sekarang, tapi setidaknya rompi itu bisa membuatmu lebih hangat. Belakangan ini, udara Konoha berubah lebih dingin."
Tidak tahu apakah wajahnya sudah semerah kepiting rebus, tapi Sakura mengangguk kecut. Tentu ia sadar bahwa blus merah yang ia pakai terbuat dari bahan yang tidak begitu tebal meski tidak bisa dikatakan terlalu tipis. Hanya saja ia mengecek sekali lagi apakah blus itu sudah terpasang secara sempurna. Saat teringat tangan kanan Kakashi yang bergerilya di sana kemarin malam, wajahnya benar-benar lebih merah dari udang yang siap saji sekarang.
"Wajahmu merah, sebaiknya kau beristirahat, Sakura."
Sakura tidak menatap wajah Iruka, tapi ia tidak protes saat tangan laki-laki itu mengambil botol sake dan membuangnya ke tempat sampah. Tentu ia masih bisa berpikir waras untuk berjalan sendiri, alih-alih meminta bantuan Iruka untuk mengantarkannya sampai ke apartemen.
***
Setelah mengucapkan terima kasih dan berjanji akan mengembalikan rompi jounin Iruka dalam kondisi bersih, Sakura melambai pada laki-laki itu. Ia benar-benar menolak tawaran Iruka untuk menemaninya berjalan sampai ke blok apartemen. Ia jelas tidak sadar kalau Iruka mengawasinya sampai ke pertigaan jalan menuju ke blok apartemen tersebut.
Suasana yang masih terlalu pagi membuat Iruka bebas memperhatikan gadis itu sampai lenyap di tikungan. Tidak ada orang-orang yang berlalu lalang sebab matahari masih enggan menunjukkan batang hidung. Hanya guguran daun momiji yang menempel di beberapa bagian baju, tapi ia mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18