Setiap Bahu Memiliki Beban

1.4K 174 52
                                    

Saya meluangkan waktu untuk membaca cerita ini dari bab awal sampai akhir, kemudian saya menyadari ada banyak salah ketik, termasuk plot yang terburu-buru. Hahhaa, maaf ya. Penulis amatir yang malas banget buat mengecek tipografi dari Tsunade berambut hitam, Kakashi berambut pirang, Sora ganti memiliki bola mata hitam, tulisan yang kurang huruf, pokoknya banyak banget typo. So sorry, :D

Kalau dibaca ulang, cerita ini banyak sekali plot hole-nya. Kalau suka, silakan lanjut deh. Saya udah males kalau harus edit satu per satu, wkwkkwk. Buat yang masih setia dari prolog bermula tahun 2018, ditulis aktif tahun 2020, bahkan 2023 belum kelar, saya benar-benar menghargai kesetiaan kalian. Empat ribu kata ini terasa absurd kalau dibaca ulang, tapi saya sudah tidak tahu harus menulis apa lagi. Sedang berjuang melawan degenerasi kemampuan berpikir dan menulis, :D

Have a nice day. eh aku lupa, selamat ulang tahu Kakashi meski telat hahaha.

***

Bola mata hijau itu tidak berpendar terang seperti biasanya, tapi ada jejak letih di sana. Tampak lebih sayu ditambah warna hitam yang menghiasi bawah mata. Jelas Sakura kurang tidur sebab mimpi buruk yang mengganggu beberapa hari terakhir memberi efek begadang sampai pagi. Ditatapnya Danau Mashu yang telah kehilangan cahaya. Tidak sebening saat pertama Sakura tiba di Taki, tapi cukup memberikan ketenangan saat melihat riak di pinggiran.

"Sakura-san," sapa Sora yang langsung membuat Sakura membalikkan tubuh.

"Ohayou, Sora-sama," sapanya balik.

"Pelantikan Hokage akan dilaksanakan lusa sehingga kami harus berangkat lebih awal hari ini," beritahu Sora yang membuat Sakura mengangguk.

Tentu ia sudah mendengar pemberitahuan Sora kemarin soal rencana menghadiri undangan pelantikan hokage keenam yang tidak lain adalah Kakashi. Sebagai salah satu rekan desa, tentu perwakilan Takigakure diharapkan datang di pelantikan tersebut. Meskipun Taki bukan termasuk desa besar, tapi ia yakin para petinggi Konoha tetap mengharapkan kehadiran semua undangan. Ditengah huru-hara kekacauan Akatsuki, hubungan politik dengan desa lain tetap terjaga.

"Kami akan bergabung dengan rombongan tuan Shibuki," tambah Kenji ikut memperhatikan Sakura yang tampak lebih pucat dari biasanya.

"Aku tahu. Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan," ujar Sakura berhenti sendiri, memandang pada Sora dan Kenji yang masih menunggu.

"Apakah kau benar tidak ingin mempertimbangkan tawaranku, Sakura?" tanya Sora penuh kecemasan.

"Kalian tidak akan pergi!"

Empat bayangan berkelebat mendarat di pinggiran rumput yang basah. Sosok Sasuke yang memakai kain penutup mata berjalan penuh percaya diri hingga menjajarkan tubuh di samping Sakura.

Sora memandang pada Sasuke sebelum mengalihkan perhatian pada tiga orang yang ada di belakang pemimpin kelompok kecil itu. Ia sungguh sudah memprediksi apa yang akan terjadi, tapi ia benar-benar mencemaskan Sakura sekarang. Bila ikut perjalanan kelompok yang ia tandai sebagai kelompok kriminial, ia benar-benar yakin bahwa Sakura bisa saja tidak selamat. Dengan sisa keberanian yang ada, ia memandang sengit pada Sasuke dan hendak berkata, tapi ada yang menahan lengannya kuat. Ditatapnya Kenji yang memberi isyarat agar Sora menunggu. Mereka tidak boleh salah langkah atau penduduk yang tinggal di kuil dan sekitarnya bisa celaka.

"Aku yakin mereka akan langsung membocorkan rahasia kita begitu tiba di Konoha," ujar Karin.

Tentu saja Sasuke akan berpikir begitu sebab Sora dan Kenji menghadiri pelantikan hokage. Tim elit pasti akan langsung menyerbu ke Taki begitu mendapatkan informasi itu. Meskipun Sasuke memiliki rencana untuk meninggalkan kuil sebelum tim Konoha menyerbu, tapi ia tidak bisa membawa Sakura. Seberapa besar ia membutuhkan gadis itu mengobati dirinya, tapi ada setitik nurani yang terus mengingatkan bahwa perjalanan jauh dan berat akan membahayakan keselamatan gadis itu.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang