Disclaimer : Fanfic ini milik saya, Naruto tetap punya om Masashi. Tidak semua pembaca puas dengan cerita ini. Bukan berarti saya anti kritik, tapi saya menulis KakaSaku karena mencintai pair ini. Menulis fanfic KakaSaku untuk menyenangkan hati saya, bukan menyenangkan hatimu dengan keinginan kamu yang begini begitu. Kalau tidak suka, tulis sendiri sesuai keinginanmu. Ada banyak penulis fanfic lain yang mungkin sesuai seleramu, jangan mengotori kolom komentar dengan ulasan yang membuat saya bad mood.
Saya bukan penulis profesional, tentu masih banyak kekurangan. Plot hole, pengembangan karakter yang kurang bagus, alur yang membosankan, dan lain-lain. Menulis KakaSaku hanya sekadar healing, hobi atau menghilangkan penat dari aktivitas dunia nyata. Bila ada yang suka dan setia membaca cerita yang saya tulis, terima kasih. Bila ada yang kurang berkenan, sebaiknya kalian berhenti membaca cerita-cerita saya dan tulislah cerita yang sesuai keinginan kalian.
Have a nice Monday
***
Kakashi berdiri di ambang pintu apartemen Sakura dengan gelisah. Bukan maksud ia melakukan pelanggaran hukum sebab masuk ke apartemen orang lain tanpa izin, tapi ia sudah tidak tahan. Pertemuan dengan Ino di tanah lapang siang itu membuat pikirannya bercabang. Ia benci menerka, maka diutusnya Pakkun mencari jejak si gadis merah jambu itu.
"Kakashi-sen, uhm ..., maksudku, Kakashi," ujar Ino menjeda kalimat sebab ia tahu Kakashi tidak suka ada embel-embel sensei di belakang namanya.
"Hmmm," sahut Kakashi yang tidak bisa mengenyahkan nada malas.
"Apa kau melihat Sakura pagi ini? Aku sudah pergi ke apartemen, tapi ia tidak ada. Aku juga pergi ke rumah sakit, tapi ia mendadak absen. Rasanya kakiku sudah terlalu lelah mencari Sakura ke mana-mana."
Alis Kakashi mengerut, tapi ia hanya mengangkat bahu singkat.
Ino tampak kecewa melihat respon Kakashi, kemudian gadis bermata biru itu mencoba menatap segala penjuru. "Aku hanya cemas sebab ia pergi denganmu semalam, 'kan? Maksudku, aku berpikir kalau kau pasti tahu ia di mana."
Nada ingin tahu setenggah menggoda dari Ino agak mengiritasi telinga Kakashi yang halus. Laki-laki itu mengalihkan perhatian pada Ino dan menghela napas panjang sebelum menyahut pelan, "Ia pergi pagi sekali."
Ino melongo. "A-apa, pagi?"
Kening Kakashi kembali mengerut, sedangkan Ino memandangnya curiga.
"Ya," sahutnya tegas sekali.
"Uhm, aku akan mencarinya lagi. Sampai jumpa."
Ino melangkah buru-buru, sedangkan Kakashi termangu sejenak. Bila Sakura tidak ada di rumah sakit, tidak bersama Ino, maka ia perlu mencarinya sendiri. Pengalaman pertama tidak selalu menyenangkan, mungkin begitu. Pemikiran itu langsung melukai harga diri Kakashi. Keinginannya untuk memberi jarak langsung hilang seketika.
Ia berteriak kesal, "Pakkun!"
"Aku bisa mendengarmu dengan nada satu oktaf," sindir Pakkun begitu anjing itu muncul di dekat kaki kiri Kakashi.
"Pergi! Temukan Sakura sekarang!"
Pakkun melengos, tapi ia tidak berkomentar melihat ekspresi sang tuan yang tampak kesal. Plop! Ia sudah lenyap dalam kepulan asap.
"Ssshh!" Kakashi mendengkus keras saat ia mendapat kabar dari Pakkun mengenai keberadaan Sakura. Tanpa tedeng aling-aling, ia memilih masuk ke ruang apato gadis itu. Menunggunya. Bagaimana bila Sakura tidak berniat pulang ke apato setelah makan ramen? Bila tidak pulang ke apato, ke mana gadis itu? Sensasi menggelitik kembali membuat pikiran Kakashi jengah. Bagaimana bila Sakura memutuskan untuk pulang ke tempat lain, misalnya apato Iruka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanficSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18