Hai, saya menyempatkan waktu untuk membaca tulisan di akun ini. Hahaha, banyak tipografi yaaa. Maaf. Sebenarnya kalian nyaman nggak sih dengan gaya bahasa saya yang mungkin aneh, kaku, baku etc? Beberapa waktu lalu, saya sempat baca tulisan KakaSaku yang muncul di beranda dan appreciate banget sama gaya kepenulisan mengalir sampai jauh kek iklan pipa di tipi. Keren. Saya pikir gaya kepenulisan bentuk kalimat panjang nggak cocok dengan style saya(Bilang aja kagak bisa alias males). Tulisan tentang KakaSaku hanya sebatas suka-suka. :D
Ada yang ingin memberikan ide alur lanjutan cerita ini? Saya sudah punya draf hingga selesai tetapi bisa mempertimbangkan masukan yang mungkin sesuai dengan kerangka cerita. Boleh komen ide-ide cerita kalian, ya! Thanks. Btw, happy independence day.
***
Wanita memakai kimono hijau tengah menatap batu giok yang berwarna sama dengan bola matanya. Batu giok berukir naga itu memancarkan sinar kehijauan yang cemerlang.
"Sudah mulai kelihatan tanda kebangkitan. Kita bisa membangkitkan kembali kejayaan kuil sebentar lagi."
"Ya. Kita hanya perlu menunggu satu malam lagi."
"Pada malam purnama besok, batu itu akan memancarkan sinar yang lebih gemerlap. Akhirnya kau berhasil membawanya kembali ke kuil ini."
Sora menatap sosok lelaki tua yang memakai hakama berwarna putih yang balik memandang penuh bangga.
'Otou-sama, apakah semua akan berjalan lancar?" Ada nada khawatir yang terlontar dari pertanyaan Sora.
"Kenji sudah memastikan bahwa penjagaan besok malam sempurna. Kita bisa memastikan kebangkitan kuil tidak akan terganggu."
"Tidak akan ada penyusup."
Tanpa mereka sadari, seekor ninken menyelinap dari balik pintu kayu.
***
Langit kamar ryokan tidak begitu menarik. Hanya terbuat dari material kayu biasa, tetapi Kakashi sudah menghabiskan waktu setengah jam memandangi bagian itu. Kurang kerjaan? Mungkin iya. Lelaki itu berulangkali mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan. Ia perlu tidur. Ya, istirahat merupakan kebutuhan tubuh saat ini, tetapi ia tidak bisa mengabaikan kebutuhan yang lain. Geraman keluar dari mulutnya sesekali. Lirikan mata Kakashi pada pinggul Sakura masih tidak berubah. Seperti bara, ia bergelora.
Gemuruh dada Kakashi menciptakan semacam frustasi. Ia memaki nama Tetsuo dalam hati. Yukata yang dipakai terasa sesak dan menyiksa. Ia perlu melepas semuanya.
"Ramuan sialan! Bangs*t."
Sakura bisa mendengar umpatan itu. Jujur saja, ia juga tidak bisa tidur setelah apa yang terjadi seharian. Suara gesekan di samping ranjang membuat Sakura semakin sulit menutup mata. Tubuhnya ingin berbalik, tapi ia berusaha menahan sekuat tenaga. Kakashi harus yakin bahwa ia benar-benar tidur.
Ranjang bergerak kasar yang membuat Sakura tidak bisa lagi berpura-pura. Saat ia menoleh, Kakashi sudah menyandarkan tubuh di pinggiran ranjang.
"Aku mengganggumu," ucap Kakashi datar.
"Uhm...tidak. Aku hanya tidak bisa tidur, " balas Sakura jujur.
Kakashi tidak menjawab. Tangan kanannya menarik seputung rokok tradisional Taki yang diberikan oleh Tetsuo. Perlahan rokok tersebut telah mengepulkan asap tembakau yang mengganggu penciuman. Sang Hatake benar-benar tidak bisa melupakan ucapan Tetsuo saat memberikan bungkus rokok pada semua pengantin pria.
"Begitu nikmat merokok setelah bercinta."
Oh, lelaki tua yang menyebalkan sekali. Kakashi memejamkan mata demi mengurangi rasa kesal pada Tetsuo. Saat membuka kelopak, Kakashi bisa melihat kernyitan di dahi Sakura. Ia yakin kalau gadis itu merasa tidak nyaman berada di ruangan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18