Selongsong Kosong

1.6K 293 35
                                    


"Sakura, percayalah padaku!"

Wajah gadis itu tampak pias, tetapi ia berusaha menguatkan diri. Dalam rengkuhan Naruto yang semakin kuat, tangisnya tidak terkendali. Tim 7 selalu kehilangan sejak dulu, ia membencinya. Ia pernah menangis tanpa henti disebabkan kepergian Sasuke bertahun-tahun lalu. Saat hatinya mulai bisa berbenah dan menatap masa depan, ia kembali tumbang. Kali ini, orang yang selalu berada di garis depan lenyap di depan matanya sendiri. Pilu!

Pusaran air tampak melambat, tetapi tidak ada tanda-tanda gerakan menghisap akan berhenti. Debit air semakin turun menandakan bahwa air danau itu akan lenyap. Tak berbekas. Jika benar apa yang dikatakan Sora bahwa Danau Mashu akan hilang, maka ia tidak bisa melakukan apa-apa. Bagaimana bila ia melompat ke dalam pusaran danau begitu saja? Apakah ia akan mati?

"Kita akan kembali ke Konoha dengan selamat!"

Bohong! Rahasia akan selalu ada bila tidak diucapkan, maka Kakashi menyiman rencananya sendiri. Ia benar-benar meninggalkannya.

"Sakura!"

Tatapan itu masih sama. Kosong.

***

Kakashi berada dalam bola pelindung saat pusaran air semakin besar yang turun ke bawah. Tubuhnya ikut terseret pusaran bersama tubuh Tetsuo, Yu dan tentu saja Yamata. Siluman naga itu menggelepar di dalam bola pelindung yang terus terhisap ke dalam lubang.

"Tetsuo!" ucap Yu perlahan.

Lelaki tua dengan yukata berwarna putih itu hanya menatap lawan bicara dengan pandangan terluka. Selama beberapa detik, ia tidak menjawab kecuali batuk-batuk kecil yang menunjukkan luka dalam tubuhnya.

"Darah klan Mizumi akan menyegel tubuh Yamata selamanya. Aku memberimu kesempatan untuk pergi. Kau tahu cara membuka pelindung ini, 'kan?"

Yu tampak terkesiap. Ia menatap Tetsuo dengan wajah yang menahan amarah, tetapi segera mengalihkan pandangan.

"Sejak kecil, aku benci berada di bawah bayang-bayangmu. Aku ingin mengalahkanmu. Aku membunuh Endo-sama."

Kedua sudut bibir Tetsuo berkedut, tetapi ia tidak menyahut lebih jauh. Tatapannya masih sama. Tatapan itu menggambarkan rasa kecewa dan penyesalan paling besar.

"Manusia bisa berubah seiring waktu."

Yu tertawa garing. Menatap pedang kusanagi yang berada di tangannya, sedangkan Yamata masih menggelepar di bawah tubuh tiga orang dewasa itu. Aneh sekali, siluman ular itu tidak melakukan perlawanan yang berarti seolah ada tali-tali kuat yang memancang setiap kepala.

Kakashi berdiam menunggu di sudut lain sebab ia tidak tahu harus berbuat apa. Pasalnya, pelindung yang membawa mereka ke pusaran air yang terus tersedot ke dalam tidak bisa ditembus dengan senjata biasa. Tidak bisa dihancurkan dengan jutsu mana saja, kecuali dua orang yang saling berhadapan di depannya.

Tetsuo dan Yu yang berguru pada Endo menguasai jutsu yang membawa bola pelindung itu. Ia terdiam mengawasi dengan ekor mata yang tidak berkedip sama sekali. Bagaimana bila apa yang ia lakukan hanya suatu yang sia-sia? Ia tidak pernah menempatkan diri dalam bahaya yang tidak menguntungkan selama ini. Prinsip hidup seorang ninja yang menjalani misi, alih-alih menyelamatkan kehidupan orang lain. Kehidupan masyarakat di desa sebelah utara kawasan Takigakure.

"Dengarkan aku dengan baik! Aku akan mengalirkan darah terakhir klan Mizuki yang murni agar Yamata tersegel selamanya. Pada saat terakhir, aku harap kau membawa Kakashi pergi ke permukaan, Yu."

Yu tidak menyahut. Ia tahu bahwa apa yang ia perjuangkan selama puluhan tahun terakhir akan sia-sia saat Yamata berada di bawah danau kembali. Jika ia kembali ke permukaan dengan ninja dari Konoha itu, apakah ia bisa menjalani sisa hidup dengan bahagia? Ia adalah pengkhianat. Ia adalah pecundang yang seharusnya ikut mati terkubur bersama Yamata.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang