Hola, minna-san. Jadi, Desember menjadi bulan tergila menutup tahun 2021 kemarin. Selain alasan sibuk, Rara sakit diare, kemudian terserang radang tenggorokan. Pas malam tahun baru kemarin, orang lain sibuk bakar-bakar, saya mengejar target. Biasanya saya selalu on target, akhir bulan tidak harus lembur. Namun, akhir Desember berkata lain sebab saya sibuk di real life, akhirnya saya lembur sampai jam tiga pagi. Besoknya, saya tepar. Tensi Cuma 80, lemas, kagak doyan makan, dan akhirnya ambil cuti seminggu. Duh, wtf bener deh!
Demi dollar hidup gini amat, yak! Hahaha. Semoga update ini bisa mengobati rindu kalian pada KakaSaku. Oh ya, ada yang DM minta KakaHina ke saya, mungkin pembaca baru. If you know, saya anti Hinata, bukan berarti benci dengan chara Hinata, tapi tidak akan menulis cerita Hinata, apalagi dipasangkan sama Kakashi. Hell, no! Jadi, saya tidak akan membuat fanfic tanpa Sakura. I'm Sakura addict, so I'll use Sakura as main character in my fanfic story of course.
Btw, ini saya tulis satu jam doang. Kalau ada typo, sorry deh.
***
Empat ninja itu berdiri di hadapan sang hokage dengan ekspresi wajah yang mengeras, kecuali Kakashi yang tidak memiliki ekspresi mudah dibaca. Masker konyol masih menutup sebagian wajah sehingga tidak ada yang tahu apa yang tersirat di wajah sang kapten. Di depan mereka, ekspresi hokage masih sama seperti sebulan yang lalu. Galak benar.
"Jadi, misi kalian gagal," ulang Tsunade yang membuat suasana di ruangan lebih horor, bahkan Shizune yang menggendong Tonton agak mundur ke belakang.
"Ya, Tsunade-sama," sahut Kakashi lugas.
Tsunade menautkan jari-jari ke depan, kemudian menatap ninja dalam misi A yang gagal total itu. Ia mendesah panjang. "Aku mengeluarkan uang dari anggaran desa untuk kesuksesan misi ini, padahal Moriuchi-sama memberikan bayaran tiga kali lipat bila batu giok itu berhasil kembali ke Konoha."
"Batu giok itu bukan milik Ryota-sama. Itu batu curian, Hokage-sama," sahut Sakura yang diamini Ino dan Naruto yang mengapitnya.
"Aku tahu. Kakashi sudah menceritakan hal itu sejak ia mengutus Pakkun."
Tiga ninja yang masih muda langsung terbelalak kaget sampai suara Naruto membuat mereka semua berdecak.
"Kalau Baasan sudah tahu, kenapa bertanya?"
Tuing! Tsunade melempar sebuah buku yang langsung mengenai kepala Naruto sampai laki-laki muda itu terhuyung ke belakang, Ino menahan cengiran di wajah mengalihkan perhatian dari Naruto pada Tsunade yang tampak serius.
"Aku hanya memikirkan nilai kerugian kita, Naruto! Satu juta ryo bukan uang yang sedikit."
Kakashi menghela napas panjang, lalu mengeluarkan sekantong penuh ryo kepada Tsunade yang terbelalak. Mereka saling bertapapan sampai Kakashi mengambil pembicaraan, "Ini uang yang ada di mansion Ryota. Sebelum mansion terbakar, brankas pribadinya dibobol paksa."
"Ha?" Sakura melongo, berusaha mengingat kapan Kakashi mengambil uang sebanyak itu.
"Kapan?" tanyanya pada sang kapten yang balas memandang dengan eye smile tersirat jelas.
"Waktu orang-orang di mansion mencari harta benda yang tersisa, kemudian Yui memberikan uang ini untuk kita."
Sakura benar-benar syok sampai Kakashi melanjutkan ucapan, "Itu lebih baik daripada tidak membawa apa pun. Setidaknya kita bebas dari hukuman karena gagal mendapatkan batu giok. Bukankah begitu, Tsunade-sama?"
Tsunade memandang segepok uang itu, lalu mengangguk setuju. "Ya, setidaknya kita mengambil apa yang Ryota curi dari Moriuchi-sama, 'kan?"
Sakura mendongak. "Sebenarnya, bukan Ryota yang mengambil batu giok itu, tapi Sora."

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18