Setahun terakhir, saya merasa berada di tahap life crisis. Tidak tahu alasan apa, tidak tahu apa yang akan saya lakukan kedepannya, kehilangan motivasi, merasa berada di fase stagnation dan emptiness benar-benar membuat saya frustasi. Apa saya perlu waktu adaptasi yang lama di rumah baru? I don't know, saya merasa menjadi pribadi yang introvert belakangan ini. Tipe yang suka sosialisasi, kemudian tiba-tiba saya harus terkurung di rumah lebih lama. Sendirian, ditemani ikan-ikan koi yang terkadang melompat keluar kolam dan mati terkapar. Saya bilang begini sebab kalian pembaca maya saya, tidak mengenal saya di dunia nyata. Saya merasa lebih bebas bercerita. Hahaha.
Languishing, saya kehilangan ketertarikan melakukan hobi yang saya sukai, bahkan saya tidak tertarik menulis KakaSaku lagi. Mungkin salah satu alasan saya jarang meng-update kisah ini. Tidak tertarik membaca komen lagi. Doakan diri saya yang dulu kembali, ya!
Bila ada kesempatan dan kesehatan, saya pasti kembali ke akun ini. Semoga kalian sehat di mana pun berada. Btw, selamat lebaran. Bila saya ada salah kata, mohon dimaafkan.😊
***
"Mereka tidak akan mampu mengejar kita," ujar Karin.
Sasuke yang menjadi pemimpin kelompok itu tidak menyahut. Ia belum sepenuhnya mendapatkan kembali penglihatan normal itu, tapi kemampuan indra penciuman itu masih sempurna. Karin yang membantu Sakura memakai salah satu kaos hitam milik Sasuke membuat kening laki-laki itu mengernyit, sedangkan blus merah si gadis sudah tercabik menjadi puluhan. Tersebar ke segala penjuru demi mengacaukan indra penciuman Pakkun, begitu rencana mereka. Tentu rencana itu berhasil karena kemampuan sensor Karin yang apik. Ia bisa mendengar keluhan si gadis berambut merah yang mengomel karena Sakura memakai bajunya. Namun, siapa yang berani menolak perintah Sasuke secara terang-terangan.
Aroma tubuhnya yang tertinggal di kaos hitam itu telah bercampur dengan keringat Sakura. Dibandingkan dengan mereka, tentu Sakura lebih cepat berkeringat dan lelah tanpa bantuan chakra. Kemampuan gadis itu menurun seiring pergerakan dalam perutnya. Sasuke menghela napas panjang, membuang sedikit pikiran aneh yang tidak pernah singgah dalam benak selama ini.
"Kita beristirahat di sini," perintah Sasuke setelah mendapat bisikan dari abdi yang paling setia.
Juugo mundur dua langkah, sedangkan Suigetsu hanya mengangkat bahu. Karin tampak tidak suka, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu menatap Sakura dengan pandangan kesal seolah berkata, "Ini salahmu!"
Sakura menghela napas panjang memandang satu per satu anggota kelompok mantan rekan tim 7 itu. Seandainya ia bisa kabur, tapi dibuangnya segera pikiran itu. Kesempatan kabur itu hanya satu persen bila melihat kondisinya sekarang. Setidaknya ia masih hidup, batinnya kecut. Bila ia memutuskan kabur pun, ia tidak bisa menjamin kalau ia mampu bertahan di hutan. Bagaimana bila ia bertemu dengan missing nin di tempat lain? Bertemu dengan ninja kelas C pun, ia belum tentu bisa menang. Tanpa kemampuan chakra, ia tidak bisa mengandalkan teknik taijutsu seperti Lee. Tidak begitu cakap.
Seolah bisa membaca pikiran Sakura, Sasuke berkata lirih, "Selama kesepakatan ini berlangsung dengan baik, kau akan hidup."
Sakura mengangkat sebelah alis dan menyeringai. Menertawakan hidupnya yang berada di bawah kekuasaan orang lain. Tanpa berkata lagi, ia memilih berteduh di bawah pohon besar. Mengabaikan Juugo yang sudah berhasil membuat api unggun kecil di tengah kelompok itu. Diambilnya tas di samping tempat duduk, lalu ia mengeluarkan lima onigiri yang sudah dingin. Mereka tidak akan menemukan makan malam di tengah hutan seperti sekarang. Agak sulit menemukan hewan yang masih berkeliaran atau mencari ikan di sungai, atau menemukan buah-buah segar yang bisa dimakan saat gelap mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18