Laki-laki menyukai banyak wanita tidak bermakna sebagai laki-laki yang jahat, meskipun mereka suka gonta-ganti pasangan. Bukankah fitrah laki-laki memang begitu? Sakura berhenti di sudut koridor lain hanya untuk menenangkan degup jantung yang semakin bertalu. Seperti lari maraton, keringat dingin membasahi kedua pelipisnya. Apa yang salah? Di dunia shinobi, ia sudah mendengar cerita hubungan bebas. Genma yang terkenal sebagai senior mengatakan bahwa tubuh para ninja memanas setelah pertempuran. Salah satu cara mendinginkan suhu tubuh kembali adalah melampiaskan ketegangan.
Have sex? Begitukah cara mereka melepaskan ketegangan dari semua masalah yang ada? Selama ada kesempatan, kenapa tidak? Sakura bergidik. Jika lelaki memiliki pemikiran seperti itu, mereka tidak akan pernah puas. Mereka akan terus mencari sampai seluruh wanita di dunia tak tersisa. Menjadi budak. Tak hanya laki-laki, wanita mungkin memiliki pemikiran yang sama. Gila.
Kenapa harus Kakashi?
Sakura merosot di dekat pintu kamar berukir sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Dalam hati, gadis itu berharap kalau Kakashi berbeda dengan lelaki lain. Ia tidak sama seperti apa yang dikatakan Genma. Shinobi harus siap mati kapan saja, kenapa tidak bersenang-senang selama ada kesempatan? Gelengan kepala Sakura semakin kuat. Semacam ada batu besar yang menghantam dadanya. Terasa sesak. Apakah mati bakal lebih menyakitkan dibandingkan apa yang ia rasakan sekarang?
"Kau bodoh, Sakura!" Tangis Sakura tidak bisa ia tahan. Keluar begitu saja seperti air hujan yang menetes ke bumi tanpa awan hitam. Tidak ada gelegar. Samar-samar Sakura bisa mendengar pintu kamar berderit pelan. Sebagai seorang ninja terlatih, Sakura bisa saja langsung berdiri sigap menghadapi segala risiko. Namun, sepatu hak setinggi lima sentimeter sangat mengganggu keseimbangan tubuhnya. Ia harus menopang diri sendiri agar tidak terjatuh saat sosok berambut hitam pekat muncul secara mengejutkan.
"Ichika-san."
"Uh, hai, Taka-kun."
Taka menatap Sakura agak terkejut, tetapi bocah itu sanggup menghilangkan rona merah di wajah dalam hitungan menit saja. Sakura mengutuk diri sendiri karena berpenampilan tidak sopan di depan anak bawah umur.
Mengetahui gelagat Sakura yang kurang nyaman, Taka menarik tangan kanan sang gadis. "Aku tidak pernah bisa tidur saat Oji-sama mengadakan acara seperti ini."
Berarti Taka sanggup mengelabui semua pelayan termasuk Erika yang mendapat tugas jaga tadi sore.
"Oh, ya? Kalau begitu, apa yang kau lakukan semalaman?" Sakura mencoba tersenyum pada Taka.
Bocah itu balik tersenyum. "Masuklah, Ichika-chan. Di luar sangat dingin."
Savage! Sakura mengerang dalam hati saat memandang pada gaun hijau terbuka yang ia pakai sendiri. Bocah itu lebih memahami dari yang ia kira sebelumnya.
***
Berbalut selimut yang telah Sakura ubah menjadi semacam jaket musim dingin, ia duduk mengamati berbagai benda yang berserakan di kamar Taka. Ada beberapa helai kain berwarna putih yang dipotong tidak beraturan, gunting, jarum jahit, benang, dan tali pita.
"Kau ingin membuat prakarya?"
Taka menggeleng. "Aku ingin membuat boneka Teru teru bozu."
Sakura menatap jendela besar di kamar Taka dan berkata pelan, "Cuaca di luar sangat cerah, Taka-kun. Hujan tidak akan turun beberapa waktu kedepan. Jadi, kau tidak perlu membuat boneka Teru teru bozu untuk menangkal cuaca buruk."
Taka bergerak menyentuh kain putih yang telah ia potong menjadi bentuk segiempat tidak beraturan. "Aku berharap hujan akan turun dengan lebat."
"Kenapa kau ingin hujan turun, Taka-kun?" tanya Sakura penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSaat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau memberikan sperma demi kelangsungan klan Hatake. Berawal dari pil biru pemberian Tsunade, Sakura harus menerima imbasnya. Rate M +18