RAVE: Pascal Pasque

7.6K 1.9K 300
                                    

RAVE: Pascal Pasque
--

"Rave! Kamu pelihara tikus?"

Omelan itu membuatku segera bergegas keluar dari ruang kerja, mencegah sebelum Hiza mengangkat kotak berisi anak-anak tupai. "Jangan, Hiza!"

Hiza langsung mundur melihatku, atau mungkin lebih tepatnya melihat Rare, induk tupai yang bertengger di bahuku. Kami akrab dengan cepat dan setiap kali aku selesai memberinya makan, Rare selalu memanjati bahuku.

"Apa-apaan ini?" tanya Hiza, kebingungan tampak di wajahnya.

"Itu bukan tikus, tapi tupai," kataku lalu beralih mendekatkan lengan ke kotak. Rare langsung beralih, kembali melingkupi anak-anaknya. "Aku menemukannya sewaktu memeriksa rumah kaca kemarin."

"Di Pasque House maksudmu?"

"Iya, karena belum ada yang mengaku sebagai pemiliknya, aku merawatnya."

"Atas dasar apa kamu merawatnya?"

Pertanyaan itu membuatku sedikit bingung, "Apa maksudnya? Aku menemukannya."

"Seharusnya kamu bicara pada seseorang yang bertanggung jawab atas rumah itu."

"Aku melakukannya, aku sudah bicara pada Red, dia mengizinkan aku merawatnya."

Hiza bersedekap, "Kamu ini seorang florikultur, bukan petugas penampungan hewan liar."

Ah, aku sekarang memahami keberatan Hiza. "Dia bukan hewan liar... Pasque House ada di kawasan elit, dia pasti peliharaan tetangga sekitar yang terlepas atau bagaimana, dan aku enggak keberatan merawatnya sampai pemiliknya ditemukan."

"Tapi aku keberatan, bagaimana jika Ibu Dahlia mengetahuinya? Dilarang memelihara binatang di sini." Hiza beralih ke sofa dua dudukan, menempati sisi sebelah kanan.

Ibu Dahlia adalah nama pemilik rumah sewaanku ini, "Aku akan berhati-hati, aku juga akan mencarikan kandang untuknya besok."

"Rave, seriously... jangan pernah mengurus sesuatu yang bukan merupakan urusanmu!"

"Salah satu ciri ekosistem yang sehat adalah terwujudnya keanekaragaman hayati."

"Tupai dan hewan pengerat lain bisa disebut hama untuk lingkungan pertanaman." Hiza mendebatku dengan nada yakin, "Besok, kamu harus membawa mereka keluar dari sini."

"Enggak, aku mau merawatnya... aku janji akan berhati-hati." Aku kemudian menunjuk Rare dan anak-anaknya yang saling bergelung. "Mereka juga enggak akan mengacau di sini."

Helaan napas panjang Hiza terdengar, seakan dia berusaha menahan kekesalan. Aku tahu keputusan sepihakku ini sulit untuk diterima, tapi aku merasa Rare dan anak-anaknya ada dalam tanggung jawabku. Aku juga sudah bicara pada Red untuk merawat mereka.

"Begitu Ibu Dahlia memprotes keberadaan hewan-hewan tersebut, saat itu juga kamu harus mengeluarkan mereka."

"O... oke!" Aku segera mengangguk, sementara kesepatakan ini sudah cukup.

Hiza bergeser untuk menarik cooler bag ukuran sedang, "Lauk dari ibu."

"Dibawain apa?" tanyaku sembari duduk di karpet dan menggeser cooler bag itu untuk membukanya. Ada empal gepuk kesukaanku, ayam dan telur kecap, nugget dan sosis buatan sendiri. Aku mendecap kesenangan saat berikutnya terlihat tiga toples manisan; bengkuang, kedondong dan mangga.

"Waktuku enggak banyak, sudah buat rencana anggarannya?" tanya Hiza.

"Sudah... sebentar." Aku mengembalikan isi cooler bag dan beranjak ke ruang kerja, mencetak rencana anggaran yang kubuat.

LAVENDER ROSE (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang