RAVE: Aku, kamu

7.7K 2K 466
                                    

RAVE: Aku, kamu
--

"Rave, kamu dapat kiriman," kata Hiza begitu aku keluar kamar.

Aku memang masih mandi sewaktu mendengar suara bel pintu tadi, "Kiriman apa?"

Hiza mengendik ke kotak di meja makan, aku terkesiap karena mengenali logo yang tercetak pada kotak khusus kue tersebut, salah satu hotel bintang lima dan memang terkenal dengan dessert cake terenak. Hiza pernah mentraktirku sekali waktu harus menunggunya meeting.

"Dari siapa?" tanyaku meski dalam hati sudah membuat tebakan.

"Red," jawab Hiza lalu menyodorkan sebuah amplop, warna lavender.

Aku segera merebutnya, memastikan segelnya belum terbuka. "Enggak dilihat kan?"

"Aku enggak buka-buka surat orang lain," katanya lalu beranjak untuk gantian mandi. "Jangan makan lebih dari satu slice."

"Iya," janjiku dan menunggu Hiza berlalu.

Aku lebih dulu mengintip ke dalam kotak, opera cake, diameter sepuluh, dipotong enam. Rasanya aku tidak sabar untuk mengeluarkan dan mencicipinya, tetapi penasaran juga dengan pesan yang Red tuliskan. Sebisa mungkin aku membuka surat itu tanpa merusak amplopnya, isinya kertas polos warna gading dengan tulisan tangan Red tertera di atasnya.

If you smiling right now, just text me. — Red.

Oh, astaga! This is sweet. Aku segera beralih ke kamar untuk mengambil ponsel, mengirimkan chat padanya.

Rave Dihyan
Thank you, Red :)

Red Alexander Pasque
I want to see your smiling face, but I'll patiently waiting 'til tomorrow morning.

Balasan itu rasanya benar-benar mampu membuatku mempertahankan senyum bahkan sampai seminggu ke depan. Sejujurnya aku tidak sesedih itu karena kehabisan opera cake, aku menangis karena mendengar Red bertunangan. Ayudia Chandra tampak serasi bersamanya tadi, maksudku, mereka berdua jenis pasangan yang akan membuat orang lain kagum, bukan heran. Air mataku begitu saja turun sewaktu memikirkan Red dan Ayudia punya rencana pertunangan.

Ayudia Chandra adalah pacar pertama Red, bukan sekadar teman SMA. Yah, memang bukan hal aneh kalau Red punya mantan pacar, sudah seharusnya begitu. Red terlalu keren untuk dilewatkan oleh para perempuan hebat di sekitarnya, termasuk oleh Ayudia.

Aku sedikit mencari tahu tadi, Ayudia Chandra, putri kedua pemilik PT Capital Chandra. Dia dan kakaknya, Elodia, menjadi ujung tombak perusahaan sebagai direktur dan wakil direktur financial services. Ibu Ayudia juga merupakan pengacara terkenal, Rubiena Lang dari Lang and Partners, salah satu firma hukum terbaik Indonesia. Mereka adalah anak-anak yang jelas lahir dalam buaian kemewahan, satu strata sosial dan pergaulan dengan Red.

"Kok dianggurin? Enggak mau?" tanya Hiza, melongok ke kamarku yang pintunya terbuka.

Astaga, dia sudah selesai mandi? Pikiranku pasti sudah berkelana terlalu jauh sampai tidak menyadari. "Mau, tadi lagi kirim chat, bilang terima kasih."

"Kamu beneran nangis karena kehabisan opera cake?"

Aku mengangguk sembari melewatinya, "Aku kepengin banget."

"Tapi lihat-lihat juga kalau nangis, Red pasti kepikiran, sampai kirim cake begini."

Benar juga apa yang Hiza bilang. "Iya, besok aku ganti bawain sesuatu juga."

"Apa?" tanya Hiza, membuntutiku ke meja makan dan kami duduk berhadapan.

"Red bilang suka bolu susu, nanti aku bilang ibu untuk bawain."

LAVENDER ROSE (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang