🕊️
Hallo semuanya ...
maafkan aku karena membuat kalian menunggu, dan selamat bermalam minggu, terutama buat kamu #TeamRaRe ~
•||•RAVE: Roof top garden
--"Can we talk?" tanyaku ketika Hiza kembali, seharian ini ia menemani ayah ke Bogor memeriksa perkembangan lokasi pembangunan.
Hiza memeriksa jam tangannya, "Ayah dan Ibu mengajak makan malam di luar."
"Mereka jadi pulang besok pagi?"
"Ya, kamu mau ikut pulang?"
Aku menggeleng, memberi tahu hal yang lebih penting. "Besok, aku dan Red mau makan malam bareng."
"Berdua?"
"Yup."
Hiza bersedekap, "Okay, katakan jam berapa dan lokasinya, aku akan mengantarmu."
"Hah?" sebutku dan segera menolak, "Enggak usah, Red bisa menjemputku."
"Aku akan mengantarmu." Hiza terlihat bersikeras.
"Aku mau makan malam, bukan les piano," sindirku mengingat dulu Hiza memang kerap menjadi juru antar-jemput ketika aku les.
"Apa hubungan kalian sebenarnya?" tanya Hiza lalu ketika aku menghindari tatapan matanya, dia menambahkan pertanyaan lain. "Udah diam-diam pacaran?"
"Enggak," jawabku meski agak bingung juga hubunganku dan Red sekarang seperti apa. Bagaimana menjelaskan hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan, namun belum jadian?
"Dia udah buat pernyataan?"
"Pernyataan?"
"Iya, aku suka sama kamu, mau enggak jadi pacarku? Something like that..."
Uh, jantungku langsung berdebar-debar, membayangkan Red mengatakan semua itu. Tapi apakah dia benar-benar akan membuat pernyataan? Aku harus bagaimana kalau dia mengatakan hal-hal semacam itu? Apakah aku harus langsung menerima atau berlagak berpikir dulu?
"Rave..." panggil Hiza.
"Hah? Oh, ng... enggak, eh, maksudku belum." Aku berdeham-deham pelan untuk melegakan tenggorokan, juga menahan kegugupan. "Pokoknya aku sudah dewasa, okay? Aku ngerti mana yang baik atau enggak buatku... dan yang lebih penting, Red bisa dipercaya."
"Kamu mungkin harus memberi tahu Red soal sepuluh tahun yang lalu."
Aku terkesiap mendengarnya, "K... kenapa?"
"Ibu bermaksud menerima undangan makan malam itu, Red pasti bertanya-tanya."
"Benar juga..." ucapku lirih.
"Kamu juga enggak bicara soal apa yang terjadi, waktu hari penangkapan Harits."
Soal itu aku punya alasan, aku tahu Red sedang fokus mempersiapkan diri untuk menangani suatu hal. Aku pikir enggak seharusnya masalahku menginterupsi fokusnya.
"Orang yang benar-benar peduli padamu... akan merasa terluka jika terjadi sesuatu padamu dan dia tahu dari orang lain," ucap Hiza lalu menghela napas. "Kecuali bagimu, Red memang enggak sepenting itu untuk tahu apa yang terjadi."
"Penting kok! Red penting banget," tandasku cepat.
"Pokoknya ingat apa yang dulu pernah aku bilang... lelaki yang menjalin hubungan denganmu tanpa usaha perkenalan atau pendekatan terhadap keluargamu, itu hanya bermain-main, dan hubungan semacam itu enggak ada artinya."
"K... kalau dia mau melakukan usaha perkenalan dan pendekatan, memangnya Aa, terus ayah dan ibu bakal ngasih izin?" tanyaku, ini sebenarnya hal yang paling membuatku gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVENDER ROSE (PUBLISHED by Karos Publisher)
ChickLit(Lima bab terakhir sudah diunpublished, sehubungan dengan kepentingan penerbitan) LAVENDER ROSE a first love story by Shaanis Setelah sepuluh tahun Rave Dihyan bertemu kembali dengan cinta pertamanya, namun sayang lelaki itu tidak mengingatnya. -- R...