🦋
Pelan-pelan bacanya yha 🕊️
.
.RED: The point
--"Red, kamu sudah dengar soal rencana pertunangan kita?"
Aku seketika menoleh Rave ketika Ayudia menanyakan itu, untungnya dia tidak mendengar karena langsung membuka pintu, masuk ke dalam toko.
"Kamu bertemu Purp?" Aku balik bertanya padanya.
"Om Pascal ketemu Papa dan Kak Elodi kemarin, mereka mengobrol sebentar, membuat kelakar tentang itu." Ayudia meringis ketika membuka pintu penumpang samping. "Waktu Kak Elodi bercerita, aku langsung menolak, tetapi Papa memintaku berpikir dulu, perjodohan adalah hal serius."
"Aku sudah berpikir tentang itu dan enggak berminat sama sekali." Aku tahu kedengarannya kurang sopan mengatakan penolakan secara langsung, tetapi basa-basi tentang hal sepenting ini bukanlah gayaku. Aku juga tidak ingin membuatnya salah paham.
"Sama sekali?" tanya Ayudia sambil memasukkan dua kotak kue di tanganku ke mobil dan sesaat kemudian menoleh pintu masuk toko. "Ah, apakah perempuan tadi?"
Aku mengangguk, "Ya, aku menyukainya."
Ayudia kembali memandangku sebelum sudut-sudut bibirnya berkedut, "Jangan khawatir, aku bukan musuh, okay? Meski lumayan tertarik dengan penilaian Papa terkait masa depanku."
"Aku enggak akan mengubah keputusanku tentang hal ini."
"Sebelas persen kepemilikan saham itu cukup dominan, Red."
Sebenarnya salah satu alasan mengapa aku tidak bisa melanjutkan hubungan dengan Ayudia adalah karena sikapnya ini, ia juga termasuk jenis perempuan yang ambisius.
"Ini mulai terdengar canggung," kataku lalu mengambil langkah mundur.
"Memang, tapi punya ikatan dengan Pasque Techno akan menguntungkan Capital Chandra."
Aku meringis, "Menjalani perjodohan dengan alasan perusahaan adalah hal enggak masuk akal, karena kita berdua punya perasaan, bukan sekadar ambisi untuk urusan masa depan."
"But it's important, Red."
"Yes, it is." Aku mengangguk sebelum menghela napas pendek, "Tapi seseorang yang bersamaku saat ini, Yudia... aku juga enggak bisa mengabaikan perasaan terhadapnya, and it's more important for me right now."
"Lebih dari Pasque Techno?"
Aku enggan menjawab pertanyaan itu, "Rave menungguku, hati-hati di jalan."
"Kamu yang harus berhati-hati, terutama dalam menentukan pilihan," kata Ayudia ketika menutup pintu penumpang depan dan kemudian bersedekap di sana.
"Jika bukan demi Capital Chandra, apakah kamu akan memikirkan rencana pertunangan itu?" tanyaku dan melihat ekspresi terkesiap muncul di wajah Ayudia. "Jika aku bukan Red Pasque, apakah kamu masih tertarik dengan penilaian terkait masa depan bersamaku?"
Ayudia akhirnya menghela napas dan melambaikan tangan. Aku mengambil langkah mundur, memberinya anggukan singkat sebelum bergegas masuk ke dalam toko, mencari Rave.
***
"Kamu sesedih itu?" tanyaku ketika menemukan Rave dan ternyata dia sedang menangis. Opera cake yang diinginkannya sudah terjual semua, bahkan versi slice juga tidak ada.
"Sorry, aku kekanakan," jawabnya begitu kami masuk mobil, membersit hidung dengan tissue. Rave jelas berusaha sebisa mungkin menenangkan diri.
"Ada cake jenis lain di dalam, blackforest atau red velvet."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVENDER ROSE (PUBLISHED by Karos Publisher)
Chick-Lit(Lima bab terakhir sudah diunpublished, sehubungan dengan kepentingan penerbitan) LAVENDER ROSE a first love story by Shaanis Setelah sepuluh tahun Rave Dihyan bertemu kembali dengan cinta pertamanya, namun sayang lelaki itu tidak mengingatnya. -- R...