🌺Bagian 22🌺

384 54 9
                                    

***

Tiffany tersenyum ramah pada beberapa orang yang hampir satu hari ini bersamanya. Sebagai model baru untuk perusahaan Siwon, Tiffany melakukan banyak aktivitas yang berkaitan dengan promosi untuknya.

"Tiffany-ssi, apa mungkin anda ingin makan malam bersama?"

Sosok itu melirik Nona Kim yang menjadi penanggung jawabnya dengan segera. "Mianeyo, tapi aku ada janji dengan seseorang."

"Ah begitukah? Sayang sekali."

"Sekali lagi maafkan aku, lain kali aku akan menyesuaikan jadwal dan mentraktir kalian semua." Tiffany tersenyum tak enak pada Nona Kim dan juga rekannya yang lain.

"Jongmalyo?"

"Ne, aku akan mengusahakannya."

"Baiklah jika begitu, terima kasih untuk kerja kerasmu hari ini. Kami akan segera mengabari jika hasilnya sudah selesai."

"Baiklah, kalau begitu aku permisi."

"Ne."

Tiffany melangkah meninggalkan semua orang, sang manager yang sejak tadi melangkah di sebelahnya melirik gadis itu cepat. "Benar kau akan melakukannya? Bukankah kau tidak suka jika makan bersama orang lain?"

"Aku hanya melakukan hal yang bisa membuatku semakin disukai. Lagi pula, jika aku bersikap baik pada mereka, maka karirku akan lebih baik lagi."

Sang manager mengangguk mengerti.

"Oh ya, malam ini aku ingin menemui Do Hyun. Tolong atur semuanya agar tidak ada yang tahu."

"Baiklah, karena kau bersikap baik seharian ini maka aku akan melakukannya."

Tiffany tersenyum samar dan mempercepat langkahnya.

.

.

Tiffany berjalan menyusuri koridor yang sepi malam itu, dengan kaca mata hitam serta topi hitamnya sosok itu bergegas mendekati salah satu kamar rumah sakit.

Jemarinya terulur dan membuka pintu tanpa ragu, Tiffany masuk dengan segera dan tak lupa menutup kembali pintu putih itu.

Matanya melirik sosok mungil yang kini terbaring di atas ranjang rumah sakit, beberapa alat medis menempel di tubuh mungil itu membuat Tiffany menghela napas berat. Sosok itu duduk dengan segera seraya melepas kaca matanya.

"Do Hyun-ah, Eomma di sini." jemari Tiffany menggenggam tangan mungil yang terasa dingin malam itu. Mata Tiffany memerah menahan bendungan air mata yang siap jatuh kapan saja. "Kau masih belum mau bangun sayang? Bukankah kau berjaji untuk bangun jika Eomma datang?"

Tiffany tak bisa menahan air matanya, tangis itu pecah saat melihat sosok mungil itu terbujur kaku dengan semua alat yang menempel di tubuh kecilnya.

"Do Hyun-ah... Eomma sangat merindukan suaramu... Ocehanmu dan bahkan suara tangismu..." jemari itu makin kuat menggenggam tangan sang putra.

Gema tangis Tiffany menggema dalam ruangan itu. Dia tidak bisa menahan rasa pedih saat melihat putranya terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.

Marriage and Struggles ( Complete ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang