***
Aeri berjalan menyusuri koridor, hari ini seperti biasa dia harus datang ke sekolah untuk belajar. Mata gadis itu melirik saat sosok Ryujin berjalan mendekatinya.
"Choi Aeri."
"Wae?" jawabnya malas.
"Apa kau senang saat Lee Haechan mengganggumu?"
Aeri melirik singkat sosok itu, menurut Aeri hal itu tidak harus dia pertanyakan mengingat jika dirinya hanyalah sasaran pembulian.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"
Ryujin berhenti melangkah membuat Aeri ikut berhenti, gadis berambut sebahu itu memegang pundak Aeri tanpa ragu. "Dengarkan aku, jika sampai ada gosip soal kalian berdua yang hanya akan merugikan aku, itu semua karena kau. Ingat itu."
"Ne?"
Ryujin dengan segera melanjutkan langkah tanpa mau mendengarkan debatan Aeri, membuat gadis itu tak bisa berkata-kata. "Apa yang sebenarnya dia pikirkan. Hidupku saja sudah sangat sulit, apa lagi sekarang?" Aeri kesal sendiri mendengarnya. Gadis itu dengan segera melangkah kembali menuju ruang kelasnya, meski dengan perasaan kesal yang memuncak.
..
Setibanya, Aeri yang baru saja hendak masuk dikejutkan oleh Haechan yang dengan segera menyerobot jalan dan tersenyum menatapnya.
"Annyeong." dengan telapak tangan terangkat, sosok itu tersenyum lebar di depan Aeri. "Bagaimana kabarmu?"
Aeri menatap malas laki-laki itu, matanya melirik Ryujin yang sudah lebih dulu duduk di dalam kelas. "Menyingkirlah, aku tidak ingin hidupku lebih rumit lagi."
Haechan terkejut akan ucapan Aeri barusan. Ini adalah pertama kalinya gadis itu bicara sedingin itu padanya. Haechan hendak mendebat namun Aeri dengan segera berlalu melewatinya. "Eoh? Apa dia benar Choi Aeri? Bukankah biasanya dia akan kesal dan mengoceh padaku?"
"Kau tidak mau masuk?"
Haechan terkejut mendengar suara itu, dia mendapati Jaemin yang kini berdiri di depannya dengan tatapan dingin. "Jaemin-ah, apa ada yang salah dengan adikmu? Dia terlihat aneh hari ini."
"Di mataku dia tidak jauh lebih baik dari itu. Minggir, aku mau masuk."
Haechan dengan segera menepi, dia masih terdiam di tempatnya karena bingung. Sementara itu, di kursinya Ryujin hanya terus memperhatikan Haechan yang berdiri tanpa niat masuk sama sekali.
"Awas saja jika ketenanganku terganggu." ocehnya seraya menekan kembali layar ponsel miliknya.
***
Tiffany duduk termenung di apartemen miliknya. Dia masih merasakan sedih karena tidak bisa bertemu Jaemin, putra kesayangannya.
Eommonim.
Tetap di sini, aku yang akan keluar menemui mereka.
Tapi kenapa? Apa aku tidak boleh bertemu dengan putraku sendiri? Alasanku pulang adalah dia.
Dengarkan aku nak, tidak seharusnya kau bertemu putramu saat ini. Apalagi ada Choi Siwon di depan, aku tidak ingin hal itu memperburuk keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage and Struggles ( Complete )
FanfictionTerjebak antara dua pilihan, cinta atau keluarga. Hal tersulit itu kini menghampiri kehidupan seorang Kwon Yuri. Ibu tunggal dari seorang remaja SMA bernama Choi Aeri itu harus bisa merebut hati Choi Jeamin, putra sematawayang sang suami yang baru d...