🌺Bagian 2🌺

577 94 22
                                    

***

Setidaknya kali ini saja, tidak bisakah kau membantuku?

Jaemin dengan cepat mengalihkan pandangannya, menatap Haechan dengan wajah datarnya.

"Dia masih bisa berdiri." kalimat itu membuat Aeri membatu.

Dia bisa melihat Jaemin yang seolah tak mengenalnya dan berjalan begitu saja meninggalkan semua orang.

Haechan berusaha keras menahan tawanya. Dia menatap kasihan Aeri yang masih membatu. "Bagaimana ini? Aku ingin membantu tapi sepertinya aku harus pergi sekarang."

Aeri hanya mendesah kesal. Dia tahu semua orang sengaja mengerjainya.

"Yah Lee Haechan! Kau tidak mau pulang?"Ryujin mendekat seraya melirik Aeri. "Kau tidak bosan bermain dengannya?"

Haechan tersenyum menatap sosok itu. "Kajja, kita harus pulang."

Ryujin dengan segera memimpin langkah yang langsung diikuti oleh Haechan. Semua orang perlahan pergi saat tontonan sudah tidak mengasikan.

Derap kaki yang terdengar samar kini perlahan mendekati Aeri. Sosok cantik dengan wajah dinginya itu berjongkok dan tanpa diminta membantu Aeri untuk berdiri. "Gwenchana?"

"Gommawo Kim Minjeong."

"Apa kau sama sekali tidak bisa melawannya? Maksudku kau juga anak dari Ayahnya bukan? Setiap anak berhak mendapatkan pembelaan."

Aeri menggeleng pelan. "Aku tidak suka meributkan hal seperti itu."

Minjeong menatap kesal para siswa yang kini perlahan menjauh. "Bagaimana bisa mereka seolah tak melihat kejadian ini?" gadis itu melirik lutut Aeri yang masih berada darah. "Kajja, kita obati dulu lukamu."

Aeri mengangguk pelan. Ya, tidak mungkin baginya untuk pulang dengan keadaan seperti itu, hal itu hanya akan membuat khawatir sang Ibu.

Minjeong dengan segera memapah Aeri menuju ruang UKS.

***

Yuri terkejut melihat sang putri yang berjalan masuk dengan menyeret kaki.

"Aeri-ya, apa yang terjadi padamu Nak?" Yuri mendekati putrinya itu seraya memperhatikan kaki Aeri yang kini terbalut kain.

"Anio Eomma, aku hanya jatuh saat pelajaran olahraga."

Yuri menatap sedih sang putri. "Harusnya kau lebih hati-hati sayang, ayo sekarang Eomma antar ke kamarmu."

Aeri hanya menurut saat Yuri memapahnya menuju ruangan yang ada di sebelah kiri ruang tengah.

.

.

Yuri menatap ngilu luka Aeri saat hendak mengganti perban. "Sebenarnya olahraga apa yang kau lakukan sampai kakimu terluka seperti ini?"

Aeri hanya tersenyum melirik sang Ibu yang sibuk memberi obat merah.

"Kau selalu tak peduli saat Eomma bilang untuk berhati-hati, sekarang lihat akibatnya, kakimu bahkan terluka sangat dalam seperti ini."

Marriage and Struggles ( Complete ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang