🌺Bagian 7🌺

374 63 2
                                    

***

Jaemin melaju kencang motor besarnya, membelah jalanan kota malam itu. Dia hanya ingin merasa tenang saat pulang, namun yang terjadi malah sebaliknya, Jaemin kini tak merasa jika dia memiliki rumah. Bukan dalam artian sebuah bangunan, namun Jaemin tidak punya tempat untuk pulang di saat rasa kesal kini memeluknya.

Jemari itu semakin gencar menarik gas, membuat motornya berlalu begitu saja melewati jembatan kota.

.

.

Kini Jaemin berdiri di sisi sungai yang membentang luas. Matanya menatap percikan air yang sesekali muncul karena kerikil yang dia lemparkan.

Helaan napas terdengar, Jaemin sungguh bosan saat ini. Pulang ke rumah sama saja seperti neraka baginya.

Seketika gerakan itu terhenti, Jaemin tiba-tiba saja memikirkan sang Ibu. Ya, saat ini wanita itu adalah jawaban satu-satunya. Tanpa menunggu Jaemin mengeluarkan ponsel guna mencari kontak Tiffany dan dengan segera menghubungi sosok itu.

Cukup lama Jaemin menunggu,

Jaemin-ah?

Wajah itu terangkat seketika, Jaemin lega karena kini mendengar suara sang Ibu.

Benar itu kau nak?

"Eomma."

Eomma sangat merindukanmu, kau baik-baik saja bukan?

Sebuah senyum terbit di wajah tampan itu. Ya, inilah yang layak dia dapatkan, dikhawatirkan oleh sang Ibu yang sangat menyayanginya.

Jaemin-ah, kau masih di sana?

"Em Eomma. Aku baik-baik saja, aku juga sangat merindukan Eomma."

Miane Jaemin-ah, hari itu Eomma membatalkan janji untuk bertemu denganmu.

"Anio, itu bukanlah kesalahan Eomma. Aku berjanji, aku akan mewujudkan itu secepatnya."

Baiklah, Eomma percaya padamu.

Jaemin kembali diam, dia merindukan suara itu namun dia tidak bisa pungkiri jika saat ini dirinya merasa bingung akan hal apa yang baiknya dia katakan.

Jaemin-ah...

"Eomma, apa aku boleh tahu di mana Eomma tinggal sekarang? Aku aku boleh datang jika aku mau?"

Tentu saja sayang, Eomma akan kirim alamatnya dan datanglah setiap kali kau ingin.

Jaemin tersenyum lega mendengarnya. "Baiklah Eomma."

Meski tanpa izin sang ayah, Jaemin merasa perlu untuk bertemu Tiffany karena baginya tidak ada yang bisa menghalangi seorang anak untuk bertemu ibunya.

***

Aeri hanya bisa diam setelah kurang lebih setengah jam duduk di antara keluarga besar ayahnya. Matanya menyipit saat senyum terbit guna menanggapi percakapan yang dia dengarkan.

Marriage and Struggles ( Complete ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang