***
Motor Jaemin berhenti di depan kedai ayam milik keluarga Minjeong. Jemari itu dengan segera membuka helm dan melirik gadis yang kini sudah turun dari motor dan mengulurkan helm hitamnya.
Jaemin menatap Minjeong yang sejak tadi bungkam. "Kim Minjeong."
"Em?"
"Soal yang aku katakan tadi di sekolah..."
Minjeong melirik cepat Jaemin dengan cemas.
"Kau tidak harus menjawabnya sekarang, aku hanya ingin kau tahu jika alasanku selalu mengkhawatirkanmu dan ikut campur adalah karena aku menyukaimu."
Gadis itu tak menjawab, dia masih saja tak habis pikir pada Jaemin. Bagaimana bisa laki-laki itu begitu mudah mengatakan perasaannya.
Jaemin tersenyum manis dan kembali memakai helmnya. "Kalau begitu, aku pergi dulu."
Suara deru motor itu kini menggema, Jaemin dengan segera melaju motor meninggalkan Minjeong yang kini masih diam di tempatnya. Gadis itu menatap bayangan Jaemin yang mulai menjauh dan entah mengapa perlahan senyum itu terbit menghiasi wajahnya.
Ya, Minjeong tidak bisa berbohong jika dia menyukai perlakuan Jaemin. Gadis manapun akan bersikap sama bukan? Jika setiap hari diperhatikan dan bahkan dalam kasusnya, Jaemin dengan terang-terangan menyatakan perasaannya.
Minjeong yang tersadar dengan cepat memukul kepalanya. "Ada apa denganku? Minjeong-ah, dia itu penindas dan kau sejak dulu tak menyukainya. Lalu kenapa sekarang kau tersipu hanya karena omong kosongnya?" Minjeong kembali memukul pelan kepalanya. "Aish! Hentikan kataku!"
Gadis itu mengoceh dan memilih masuk ke dalam kedai.
.
.
Di rumahnya, Yuri yang baru saja kembali melirik motor Jaemin yang kini berhenti di depan rumah. Sosok itu tersenyum menyambut kedatangan sang putra.
"Kau sudah pulang Nak."
Jaemin tak bereaksi, dia meletakan helm di atas motor dan melangkah mendekati pintu.
"Jaemin-ah, apa yang kau inginkan untuk makan siang? Katakan pada Eomma. Eomma akan buatkan untukmu."
"Aku tidak mau apapun."
"Tapi Nak..."
"Aku tidak mau, apa itu kurang jelas?"
Yuri tersenyum seraya mengangguk cepat. "Arraso, Eomma tidak akan memaksa."
Jaemin berdecak dan melangkah meninggalkan ambang pintu, namun belum sempat dia melangkah lebih jauh Yuri kembali memanggilnya.
"Apa lagi?"
Dengan cepat Yuri mendekati sang putra. "Eomma hanya ingin bilang jika Immo sedang ada di rumahnya, dia ingin bertemu denganmu juga Aeri. Apa kau ada waktu?"
"Tidak ada, aku sibuk. Dan juga, jika aku mau menghabiskan waktuku sudah pasti aku akan memilih Eomma untuk itu. Uri Eomma." Jaemin menekankan kalimat terakhirnya dan berbalik meninggalkan Yuri.
Jika ditanya bagaimana perasaan Yuri?
Tentu saja wanita itu sedih, tapi dia sudah terbiasa mendengar semua itu.
Tepat saat itu, suara pintu terbuka membuat Yuri melirik sumber suara. Dia tersenyum saat sosok Aeri kini masuk dengan senyuman manisnya.
"Eomma, aku pulang."
Gadis itu mendekat membuat hati Yuri sembuh seketika. Ya, dia bersyukur karena masih ada Aeri yang akan membuat perasaannya lebih baik.
"Eomma? Apa apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage and Struggles ( Complete )
FanfictionTerjebak antara dua pilihan, cinta atau keluarga. Hal tersulit itu kini menghampiri kehidupan seorang Kwon Yuri. Ibu tunggal dari seorang remaja SMA bernama Choi Aeri itu harus bisa merebut hati Choi Jeamin, putra sematawayang sang suami yang baru d...