***
Haechan dan Jaemin kini sudah tiba di depan sebuah bangunan sederhana yang menjadi tempat tinggal Aeri. Mata Jaemin melirik laki-laki yang berdiri di sebelahnya.
"Kau yakin ini tempatnya?"
"Em, aku yang mencari tempat ini untuk mereka."
Jaemin mengangguk pelan mendengarnya.
"Baiklah, kau ingin masuk sekarang?" Haechan menatap Jaemin yang masih sibuk menenangkan diri karena rasa takutnya.
Dia takut jika akan ditolak begitu mereka melihatnya, namun Jaemin juga harus berani menghadapi keduanya jika ingin mendapatkan pengampunan.
Jaemin menghela napas dalam sebelum akhirnya mengangguk menatap Haechan. "Baiklah, aku harus segera bertemu mereka."
Keduanya kini berjalan mendekati pagar rumah, namun belum sempat keduanya masuk sosok Yuri keluar dengan satu kantong sampah di tangannya.
Wanita itu terkejut saat melihat Jaemin dan Haechan yang menatap diam.
"K-kalian? Apa yang kalian berdua lakukan di depan sini?"
Jaemin merasakan kembali panas yang menjalari tubuhnya, melihat Yuri membuat hatinya sesak tanpa bisa ditahan.
"Ahjumma, miane. Tapi ada yang Jaemin ingin katakan pada kalian berdua, itulah mengapa aku membawanya ke sini."
Yuri melirik Haechan yang berucap. Dia sangat menyayangkan hal itu, tapi dia juga tidak mungkin mengusir keduanya di saat angin malam berembus cukup kencang malam ini.
.
.
Setelah Yuri menyuruh keduanya masuk, Haechan memilih untuk duduk di depan rumah itu sementara keduanya kini duduk bersebelahan di sebuah kursi taman dekat pagar rumah.
Yuri dan Jaemin duduk cukup lama tanpa ada niat untuk membuka suara. Namun Jaemin harus segera mengakhiri kebisuan ini, bukankah dia datang karena berniat meminta maaf?
Dengan ragu Jaemin melirik Yuri singkat. "Aku tahu jika sangat sulit untuk melihatku saat ini."
Mendengar itu, Yuri perlahan meliriknya. Laki-laki itu menunduk pelan seraya memainkan jari-jarinya. "Bahkan jika aku meminta maaf jutaan kalipun, akan tetap terasa sulit."
"Kau benar, semua yang kau lakukan sangat menyakitkan bagi kami, terutama Choi Aeri."
Jaemin makin tertunduk, rasa takut itu makin besar dia rasakan. Kepalanya mengangguk perlahan. "Benar, itu semua benar. Aku sangat keterlaluan, menyakiti tanpa ada rasa bersalah bahkan sedikit saja." Jaemin kembali mencengkeram jari-jarinya, guna menahan air mata yang siap tumpah kapan saja. "Saat aku tahu jika Eommaku bukanlah sosok yang aku ingat selama ini, hal pertama yang aku pikirkan adalah sudah sejauh apa aku menyakiti orang hanya untuk membelanya."
Yuri diam, mencoba mendengarkan semua penjelasan putra sambungannya itu.
"Aku tidak mengira jika Appa rela menahan kesakitan selama ini hanya agar aku tidak mengetahui keburukan Eomma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage and Struggles ( Complete )
FanfictionTerjebak antara dua pilihan, cinta atau keluarga. Hal tersulit itu kini menghampiri kehidupan seorang Kwon Yuri. Ibu tunggal dari seorang remaja SMA bernama Choi Aeri itu harus bisa merebut hati Choi Jeamin, putra sematawayang sang suami yang baru d...