Chapter 4

1K 42 7
                                    

Selamat datang di chapter 4

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (sukanya gentaangan)

Thanks

Happy reading everyone

Hope you enjoy and love this story as well

❤❤❤

______________________________________________

I’m not jealous
I’m territorial
Jealous is when you want something that’s not yours
Territorial is protecting what’s already yours

—Not Tito Alvarez
______________________________________________

—Not Tito Alvarez______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawaban atas pertanyaan absurd itu membuat Jameka bergeming. Berkebalikan dengan debar jantungnya yang memukul bak genderang perang dan asumsi-asumsi lanjutan dalam batok kepalanya yang berjejelan masuk begitu sengit. Pun, menjadikan kondisi pasca mabuknya makin memburuk.

Sejujurnya, dengan amat riang Jameka ingin mengatakan kalau tidak mengingat apa pun setelah menenggak French Martini-nya hingga nyaris habis tadi malam. Ia sama sekali tidak mengingat Tito mengantarnya pulang ke kondiminium lalu mereka terlibat adegan adu keringat secara dewasa—yang sampai kapan pun tak akan pernah sekalipun mampir dalam bayangan Jameka.

Namun, bukti pagi ini terlalu akurat, kuat dan sempurna untuk dielak oleh dua manusia dewasa berlawanan jenis yang sama-sama paham tentang keintiman atas dasar kebutuhan biologis. Tak pernah bisa lebih jelas lagi, pikir Jameka mengenaskan.

Bagaimana kalau ia sampai hamil? Sementara ia tidak akan pernah sudi mengizinkan pikirannya mencari-cari ide meminum pil peluruh kandungan atau sejenisnya?

Sebagai seorang playboy sejati, Tito pasti akan bersikap berengsek dengan tidak mengakui perbuatannya. Jameka yakin akan hal itu. Pun, sebagaian besar pria di dunia ini tidak suka pada wanita yang terlalu menuntut, apalagi menuju ke arah yang serius.

Lantas bagaimana? Apakah Jameka harus pura-pura tidak terjadi apa pun juga? Masalahnya, bagaimana kalau ada kehidupan yang tumbuh dalam perutnya?

Tunggu dulu, jangan gegabah. Tenang, Jame, ingatnya pada diri sendiri. Mungkin saja sekarang ia tidak sedang dalam masa subur sehingga ketledoran Tito tidak berdampak pada dirinya, pikirnya lagi.

Jameka melirik Tito. Pria itu sedikit mendengkur, jelas nyenyak dalam tidur dengan lengan-lengan kekar yang malah semakin erat memeluknya.

Jameka memilih memejam, tetapi tidak tidur. Hanya mencoba meredakan kepalanya yang pusing akibat mabuk, juga pikirannya yang bak pendekar berkelana ke mana-mana. Hingga tanpa terasa sudah hampir satu jam berlalu, ia merasakan pelesakan kasur dan kehangatan yang ditawarkan pelukan Tito menghilang digantikan hawa dingin hasil jerih payah pendingin udara. Suara-suara pelan pun berkelanjutan didengar Jameka.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang