Mature content 21+
Dirty mind, dark secret
Menjadi playboy selama bertahun-tahun tentu menjadikan Tito Alvarez ahli dalam menakhlukkan banyak wanita.
Bagaimana apabila ia menyukai Jameka Michelle--kakak sahabatnya yang sudah tahu seluk-beluk, luar-d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tito bersendawa, menandakan dirinya kenyang. “Enak banget .... Tapi lebih enak lagi kalau ditambah sama ayam goreng krispi,” komentarnya sambil memegangi perut, tak memedulikan Jameka yang menatapnya ngeri. Wanita itu pasti sedang membayangkan ayam digoreng. “Udah kenyang gini jadi ngantuk, Jame,” lanjut Tito sembari menguap.
Sungguh mengherankan. Padahal belakang ini Tio insomnia parah. Dengan ajaib sekarang rasa kantuk mendatanginya. Ini pasti akibat akumulasi badannya yang pegal-pegal, pikirannya yang lelah, ditambah hatinya yang sudah mengikhlaskan segala hal—baik yang telah terjadi maupun yang belum terjadi—antara dirinya dan Jameka.
Kata orang, setelah melakukan serangkaian usaha, ikhlas dan memasrahkan segalanya pada Sang Pencipta adalah kunci. Tito sekarang telah membuktikannya. Bagian paling penting, Jameka ada di sisinya dan tidak ada satu pun yang mengganggu mereka saat ini. Tito harus mengakui itu, bila mereka hanya berdua, semuanya terasa tepat; tak peduli mereka saling mengolok-olok, saling mencemooh, saling melindungi, atau saling memuaskan.
Oke. Sepertinya ia harus menghapus pendapat yang terkahir.
“Pulang sana. Jangan tidur di sini, To,” usir Jameka.
Bukan Tito namanya kalau tidak membantah omongan Jameka, kan?
“Gimana kalau lo tidur sofa tunggal yang bisa dijadiin selonjoran itu, selagi gue tidur di ranjang lo?”
“Gimana?” Jameka memasang telinga baik-baik, mengira mungkin keliru mendengar perkataan Tito.
“You heard exactly what I said, Boss,” balas Tito malas. Lagi-lagi ia menguap sambil naik ke ranjang sempit rumah sakit lalu merebahkan diri dengan posisi miring menghadap Jameka.
“Heh! Gue yang abis operasi. Kok, jadi lo yang tidur sini?” Tito memang sudah tidar waras, pikir Jameka yang terpaksa menggeser duduknya.
“Bentar doang. Lima menit aja. Gue ngantuk banget,” tawar Tito sambil menguap lagi. Matanya sudah terpejam. Pengaturan ranjang pun sudah disetel landai. Sudah sangat siap untuk pergi ke alam mimpi.