Chapter 45

74 7 6
                                    

Selamat datang di chapter 45

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Warning! Yang darah tinggi dilarang baca ini! Takut tensinya makin naik!

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do

____________________________________________________

Bila seseorang menyukai bunga dan melihatnya di taman, orang itu pasti akan memetiknya untuk dirinya sendiri. Namun, bila seseorang mencintai bunga dan melihatnya di taman, pasti orang itu akan membiarkan bunga itu hidup dengan cara merawatnya; menyiram, memupuk, dan mencegah ulat-ulat menggerogoti daun-daunnya”

—Tanpa Nama
____________________________________________________

—Tanpa Nama____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana bisa Tito melawan bos?

Secara teori susunan Heratl, meski Allecio menduduki puncak sebagai pemilik perusahaan dan tidak ada Jayden di dalamnya, Jameka sebagai CEO memang bos Tito. Namun, kedudukan Jayden lebih daripada Allecio atau Jameka. Sudah pernah Tito singgung berkali-kali untuk mengingat siapa dirinya sekarang jika tanpa Jayden.

Bagi Tito, Jayden itu bos dari segala bos. Bila boleh mengagungkan seseorang, ia akan berpikir Jayden merupakan bos kasta tertinggi menurut versinya, bahkan malaikat pelindungnya. Artinya, walau sempat membantah dan tanpa desakan kuat atau menggebu-gebu dari Jayden, ia tidak punya pilihan lain selain kembali ke Jakarta untuk menemani Jameka dan Allecio. Sementara itu, ia harus membiarkan sisa pekerjaannya diselesaikan Jayden.

Ini memang cukup aneh. Lazimnya, anak buah akan dengan senang hati disuruh bosnya kembali ke kota tempat tinggalnya untuk diminta mengemban tugas lain yang lebih ringan, santai, dan tidak menantang maut. Seperti yang kebanyakan orang rasakan, setidaknya dekat dengan rumah merupakan hal paling melegakan bagi seseorang yang bertugas ke negeri asing. Namun, pengecualian bagi Tito.

Penyebab utamanya tentu karena pikiran dan hati Tito begitu bertentangan. Pikirannya menyuruh Tito menolak permintaan bosnya; bila ingin melupakan perasaan terhadap seseorang yang dicintainya karena membuat luka, hal paling mendasar sebagai bentuk pertahanan diri ialah tak berkomunikasi dan tak bertemu orang tersebut. Pergi sejauh-jauhnya juga salah satu bentuk solusi. Sedangkan di sisi lain, hatinya menyuruh Tito bertemu Jameka, menghabiskan waktu dengan wanita itu, mengobrol, bercanda, melakukan apa saja, paling penting, menjaga Jameka.

Sungguh memusingkan.

“Mau turun di lobi mana?”

Pertanyaan dari sopir taksi bandara telah mengembalikan fokus Tito. Ia tidak memindah pengelihatan yang diarahkan ke luar jendela saat menjawab, “Yang terdekat aja, Pak.”

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang