Chapter 24

275 21 13
                                    

Selamat datang di chapter 24

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like me

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Orang yang jatuh cinta diam-diam selalu bertingkah seperti penguntit.”

Kata orang sih gitu
____________________________________________________

—Kata orang sih gitu____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelombang kejut melanda Jameka seketika. Pompa jantungnya mengentak dua kali lipat lebih cepat daripada kinerja normal. Benarkah yang diucapkan pria itu?

Jameka mendongak, menatap Tito Alvarez lekat-lekat untuk mencari letak kebohongan di sana, tetapi barang secuil pun tak menemukannya. Malah ada hal lain yang mengusiknya. Setelah bertahun-tahun mengenal pria itu, bersahabat dalam waktu lama, baru kali ini Jameka menyadari warna sepasang iris pria itu bukanlah hitam pekat. Melainkan abu-abu gelap yang mengingatkan Jameka pada awan kelabu sebelum terjadi badai.

“Jangan diem aja, Jameka ....”

Panggilan pria itu sepertinya mampu melumpuhkan kemampuan lidah untuk bicara. Jameka mulai merasakan badai yang nyaris memporak-porandakan hatinya akibat betapa dalamnya tatapan pria itu padanya. Seolah-olah tidak ada objek lain sebagai bidang pandang Tito selain dirinya. Ia mengingatkan diri agar tidak tertipu daya muslihat pria itu, sayangnya begitu sulit merealisasikannya.

Cuaca saat ini panas terik. Dengan tinggi yang mengancam, posisi sinar mentari yang menyorot Jameka terhalang oleh Tito. Kulit serupa warna perunggu mengilat pria itu .... Aroma keringatnya yang sejujurnya harum kolonye maskulin .... Tato di sekujur tubuhnya .... Tindik di hidung dan alisnya .... Rambut acak-acakan yang tertiup angin lembut .... Bibir merah gelap sensualnya .... Badannya yang dempal .... Jankunnya yang naik turun ....

Jameka refleks ikut menelan ludah. Tidak ingin munafik, ia mengakui pria di hadapannya jauh lebih maskulin daripada Kevino. Yang menjadi penyesalannya ialah kenapa ia tak ingat sama sekali rasa bibir Tito menginvasi bibir, leher, dan —kemungkinan besar—di sekujur tubuhnya? Bibir pria itu pasti ahli mencium, bukan? Diam-diam ia jadi penasaran bagaimana rasa tersebut. Apakah tubuhnya akan terbakar hanya dengan sentuhan Tito?

Sekali lagi Jameka memejam dan mendesah pelan. Ia mengutuk diri sendiri ketika merasakan puncak dadanya meruncing dan perut bagian bawahnya menegang hanya dengan membayangkan rasa sentuhan Tito. Entah kenapa pula ia mendadak tak bisa berkonsentrasi sama sekali dalam pembicaraan mereka. Ini tidak baik. Terutama saat ia telah menjalin hubungan dengan seorang pria. Jameka bukanlah jenis wanita yang tertarik dengan pria lain di saat masih memiliki pasangan.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang